Berita
Indonesia Memiliki Pabrik Emas 50-70 Ton per Tahun, Pemiliknya
2024-12-06
Indonesia memiliki pabrik yang berpotensi menghasilkan emas batangan sebanyak 50-70 ton per tahun. Proses produksi ini merupakan hasil dari selesainya fasilitas Precious Metal Refinery (PMR) milik PT Freeport Indonesia (PTFI) di smelter Manyar, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik Jawa Timur. Sebelumnya, Indonesia belum mampu memanfaatkan mineral ikutan dalam konsentrat tembaga yang diekspor oleh PTFI. Namun, dengan adanya smelter tembaga dan PMR ini, Indonesia akan dapat mengolah mineral tersebut. Direktur Utama MIND ID, Hendi Prio Santoso, mengatakan bahwa dengan selesainya proyek ini, Indonesia akan memiliki produksi emas sendiri. Selain itu, PMR ini juga akan memproduksi logam berharga lainnya seperti perak, platinum, dan palladium.

Plans and Expectations

PT Freeport Indonesia (PTFI) telah mengumumkan rencana produksi emas batangan dari proyek smelter di Gresik yang akan dimulai pada minggu kedua bulan Desember. Presiden Direktur PTFI, Tony Wenas, mengatakan bahwa PMR ini diperkirakan mampu menghasilkan hingga 50-60 ton emas per tahun. Selain emas, fasilitas ini juga akan menghasilkan lebih dari 200 ton perak per tahun, 30 kg platinum, dan 375 kg palladium per tahun, serta mineral tambahan seperti selenium dan bismut. Tony mengatakan bahwa PMR ini merupakan bukti bahwa PTFI serius melakukan peningkatan nilai tambah dalam negeri. PT Aneka Tambang Tbk (Antam) juga resmi membeli 30 ton emas batangan dari smelter milik PTFI di Gresik, Jawa Timur. Hal ini diperkirakan akan menghemat devisa negara hingga ratusan triliun rupiah.

Benefits of the Pabrik

Dengan adanya pabrik emas batangan di Indonesia, negara ini akan memiliki sumber daya emas yang lebih terkontrol. Ini akan membantu mengurangi dependensi terhadap impor emas dan meningkatkan stabilitas ekonomi. Selain itu, produksi emas dan logam berharga lainnya juga akan memberikan kontribusi signifikan kepada sektor pertambangan dan industri. Pabrik ini akan menjadi pusat produksi emas yang penting dan akan memberikan peluang bagi para pekerja di daerah tersebut. Produksi emas juga memiliki nilai simbolik bagi negara, mewakili keberhasilan dalam bidang pertambangan dan industri.

Impact on the Economy

Produksi emas batangan di Indonesia akan memiliki dampak yang luas pada ekonomi negara. Ini akan membantu meningkatkan ekspor nilai tambah dan mengurangi defisit current account. Emas adalah aset yang berharga dan memiliki stabilitas pasar. Dengan memiliki pabrik produksi emas sendiri, Indonesia akan memiliki keunggulan kompetitif di pasar internasional. Produksi emas juga akan memberikan kontribusi kepada sektor pertambangan dan industri lainnya, seperti perak, platinum, dan palladium. Ini akan membantu mengembangkan sektor pertambangan yang lebih diversifikasi dan mengurangi risiko yang terkait dengan dependensi pada satu jenis minyak.

Challenges and Solutions

Meskipun ada keunggulan yang diberikan oleh pabrik emas batangan di Indonesia, ada juga beberapa tantangan yang harus dihadapi. Salah satu tantangan adalah masalah infrastruktur di daerah smelter. Infrastruktur seperti jaringan transportasi dan tenaga listrik harus dioptimalkan untuk memastikan kinerja pabrik yang optimal. Selain itu, masalah keamanan dan perlindungan lingkungan juga harus dipertimbangkan. PTFI harus mengimplementasikan protokol keamanan dan perlindungan lingkungan yang baik untuk memastikan keberlanjutan produksi. Namun, dengan kerja sama antara pemerintah, perusahaan, dan stakeholder, tantangan ini dapat diatasi. Solusi seperti investasi dalam infrastruktur dan pengembangan teknologi dapat membantu mengatasi tantangan tersebut dan memastikan kinerja pabrik yang baik.
Target 1,2 Juta KL Bioetanol di RI pada 2030 oleh Pertamina NRE
2024-12-06
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) sangat berkomitmen untuk membantu melaksanakan program bioetanol sebagai bahan bakar kendaraan sebagai solusi dalam proses dekarbonisasi di sektor transportasi. Karena, sektor transportasi merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan emisi gas rumah kaca (GRK).

Pertamina NRE: Mengembangkan Bioetanol untuk Sektor Transportasi

Komitmen Pertamina NRE

Corporate Secretary Pertamina NRE, Dicky Septriadi menyatakan bahwa keberhasilan penerapan program biodiesel di Indonesia dapat menjadi contoh yang baik bagi program bioetanol. Program ini tidak hanya memiliki kemampuan untuk mengurangi emisi GRK, tetapi juga memiliki potensi untuk mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM). "Program bioetanol sesuai dengan Asta Cita pemerintah, khususnya terkait swasembada pangan dan energi, serta menciptakan lingkungan yang berkelanjutan," ujar dia dalam keterangan tertulis, Jumat (6/12/2024).Dicky membeberkan bahwa dalam peta jalan bioetanol yang ditetapkan dalam Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2023, pemerintah memiliki tujuan untuk mencapai penyediaan bioetanol nasional mencapai 1,2 juta kiloliter (KL) per tahun pada 2030. Sedangkan kapasitas produksi bioetanol fuel grade saat ini hanya mencapai 63 ribu KL per tahun. Dengan proyeksi penggunaan BBM bercampur bioetanol yang terus meningkat, terdapat perbedaan antara supply dan demand yang harus segera diatasi. "Saat ini, bioetanol sebesar 5% telah menjadi campuran Pertamax Green 95 yang diluncurkan tahun lalu oleh PT Pertamina Patra Niaga dan telah tersedia di 101 SPBU di Jabodetabek dan Surabaya," kata dia.

Pemanfaatan Bioetanol

Pemanfaatan bioetanol untuk bahan bakar kendaraan juga akan mendorong penggunaan sumber energi domestik dengan baik, karena Indonesia memiliki potensi yang cukup besar. Tidak hanya dari molase yang merupakan produk sampingan gula, bioetanol dapat berasal dari singkong, jagung, dan sorgum.Namun, meskipun memiliki potensi, Dicky mengungkapkan bahwa terdapat beberapa tantangan dalam pengembangan bioetanol. Salah satunya adalah persaingan pemanfaatan bioetanol untuk pangan, industri, dan bahan bakar. Terlebih saat ini bahan baku bioetanol yakni molase, merupakan produk komoditas yang menjadi langganan untuk diekspor. Menurut dia, penawaran dari industri pangan dan industri lain untuk molase, ditambah potensi ekspor yang menarik di kancah internasional, membuat ketersediaan pasokan bahan baku utama di dalam negeri menjadi lebih terbatas, sehingga harga bioetanol menjadi lebih tinggi dibandingkan harga bahan bakar minyak (BBM) karena adanya kompetisi bahan baku. Hal ini tentu akan berpengaruh pada harga jual kepada konsumen jika tidak ada insentif.Tantangan lainnya adalah perlu adanya penyediaan lahan yang cukup luas untuk menanam tanaman bahan baku bioetanol, tidak hanya tebu, tetapi juga singkong, jagung, dan sorgum. Secara keseluruhan, diperlukan regulasi yang komprehensif dari awal hingga akhir untuk pengembangan bioetanol untuk bahan bakar kendaraan, termasuk regulasi yang membuat bioetanol untuk bahan bakar kendaraan menjadi mandat, seperti yang dilakukan terhadap program biodiesel.

Kerjasama Pertamina NRE

Pertamina sebagai BUMN energi yang memiliki peran strategis dalam mendukung swasembada energi nasional telah memiliki peta jalan dan inisiatif pengembangan bioetanol. Saat ini Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) bekerja sama dengan PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) untuk membangun pabrik bioetanol berbasis molase di Glenmore, Banyuwangi, dengan kapasitas 30 ribu KL per tahun. Dalam peta jalannya, Pertamina NRE memiliki rencana-rencana pengembangan bioetanol baik secara organik maupun anorganik melalui diversifikasi berbagai sumber bahan baku.
See More
BRI Mendapatkan 2 Penghargaan atas Penerapan Prinsip GCG
2024-12-06
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI telah meraih penghargaan dalam acara “The 15th IICD Corporate Governance Conference and Award. Dalam kesempatan tersebut, BRI berhasil mendapatkan 2 (dua) penghargaan yaitu Top 50 Big Capitalization Public Listed Company dan Best Overall Big Capitalization. Hal ini merupakan bentuk pengakuan atas kapitalisasi pasar yang besar dan penerapan prinsip GCG yang unggul.

Penghargaan yang Menghadirkan Perubahan

Acara yang mengangkat tema “Taking Indonesia Corporate Governance to the Top ASEAN Level” ini diselenggarakan oleh Indonesian Institute for Corporate Directorship (IICD) untuk mengapresiasi perusahaan publik yang konsisten menerapkan prinsip Good Corporate Governance (GCG). Penghargaan ini diberikan berdasarkan penilaian terhadap 200 emiten yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia menggunakan metode ASEAN Corporate Governance Scorecard 2023. Emiten- emiten ini dibagi menjadi dua kelompok, yakni 100 perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar (Big Cap) dan 100 perusahaan dengan kapitalisasi pasar menengah (Mid Cap).Dalam perjalanan mencapai penghargaan ini, BRI telah menunjukkan komitmen dan konsistensi dalam menjadikan prinsip GCG sebagai landasan utama. Direktur Kepatuhan BRI A. Solichin Lutfiyanto menyampaikan bahwa penghargaan ini mencerminkan kerja keras dan komitmen tim BRI. “Melalui penghargaan ini terbukti bahwa BRI tidak hanya mengejar pertumbuhan bisnis, tetapi juga menempatkan prinsip Good Corporate Governance sebagai inti dari seluruh kegiatan operasional di BRI. BRI percaya bahwa keberlanjutan dan kepercayaan masyarakat hanya dapat diraih melalui transparansi, akuntabilitas, dan komitmen yang tak tergoyahkan pada integritas,” ujarnya dalam keterangan resmi.

Implikasi dan Tanggung Jawab

Penghargaan ini bukan hanya sekadar penghargaan, tetapi juga menjadi pengingat bagi seluruh jajaran BRI untuk terus meningkatkan standar GCG yang diterapkan. Solichin menambahkan bahwa BRI menyadari bahwa penghargaan ini bukan hanya pengakuan atas apa yang telah dicapai, tetapi juga sebuah amanah untuk menjaga dan meningkatkan kualitas penerapan GCG di BRI. Tidak ada kompromi dalam melaksanakan upaya untuk menjaga kepercayaan dari pemegang saham, regulator, maupun masyarakat luas.Sebagai perusahaan BUMN dengan kapitalisasi terbesar, penghargaan ini menegaskan komitmen BRI untuk terus menjaga standar GCG yang sejalan dengan praktik terbaik di tingkat nasional dan global. Dengan penerapan GCG yang baik, BRI berkomitmen untuk menjaga kepercayaan masyarakat, mendorong inovasi, dan berkontribusi secara berkelanjutan bagi perekonomian nasional.BRI telah menunjukkan keberhasilan dalam mengimplementasikan prinsip GCG dengan baik. Hal ini tidak hanya memberikan kepercayaan kepada pemegang saham dan regulator, tetapi juga menjadi contoh bagi industri lainnya. BRI telah membuktikan bahwa dengan komitmen dan konsistensi, perusahaan dapat mencapai kinerja yang baik dan mendapatkan penghargaan yang mewakili prestasi mereka.

Pengembangan dan Inovasi

Dalam menjalani perjalanan penerapan GCG, BRI juga terus berinovasi dan mengembangkan program-program yang mendukung prinsip-prinsip tersebut. Mereka telah mengembangkan sistem-sistem internal yang lebih transparan dan akuntabel, serta melibatkan semua stakeholder dalam proses pengambilan keputusan.BRI juga telah melakukan edukasi dan pelatihan untuk seluruh karyawan tentang prinsip GCG, sehingga setiap orang di BRI memiliki pemahaman yang baik tentang pentingnya prinsip-prinsip tersebut. Hal ini telah membantu BRI dalam meningkatkan kualitas kerja dan kinerja tim, serta menjaga kepercayaan masyarakat.BRI telah membuktikan bahwa dengan komitmen dan inovasi, perusahaan dapat mencapai kinerja yang baik dan mendapatkan penghargaan yang mewakili prestasi mereka. Hal ini menjadi contoh bagi industri lainnya dan menunjukkan bahwa dengan usaha keras dan komitmen, perusahaan dapat mencapai kinerja yang baik dan memberikan nilai tambah bagi perekonomian.
See More