Les vulnérabilités sont exploitées de manière constante, étendant les attaques à l'ensemble des parties prenantes. Bien que les régulateurs soulignent la réalité de la menace, il est essentiel de prendre des mesures proactives pour se protéger.
Malgré l'ancrage de l'offre de services cybercriminels, ces services continuent de se diversifier. Des individus sans compétences techniques avancées peuvent accéder facilement à des plateformes de fraude bancaire, ce qui augmente le risque pour les banques et leurs clients.
Les techniques d'IA sont utilisées à la fois pour la détection des menaces et pour l'attaque. Le maliciel GoldDigger, par exemple, a permis d'extraire des millions de dollars à des entreprises en utilisant l'IA pour créer des appels téléphoniques trompeurs.
Les attaques sur la chaîne d'approvisionnement sont également une préoccupation majeure. Un seul incident chez un sous-traitant peut compromettre l'ensemble des clients bancaires, mettant en évidence la vulnérabilité de la chaîne.
Face aux défis, les banques doivent continuer de redoubler d'efforts pour anticiper les menaces et renforcer leur posture de sécurité.
Bank Raya telah berhasil mencapai pembiayaan hingga Rp6,8 Triliun selama tahun 2024. Ini merupakan prestasi yang luar biasa dan menunjukkan kehebatan bank tersebut dalam memberikan dukungan finansial kepada berbagai sektor. Segmen UMKM khususnya mengalami kenaikan hingga 32%, yang merupakan indikator positif tentang perkembangan bisnis kecil dan menengah di Indonesia.
Direktur Utama, Ida Bagus Ketut Subagia, memiliki visi untuk terus mengembangkan pembiayaan UMKM. Mereka berencana untuk menargetkan perluasan kredit UMKM yang lebih besar, dengan mengoptimalkan keuntungan dan risiko. Ini akan membantu UMKM untuk lebih mudah mendapatkan dana dan mengembangkan bisnis mereka.
Sepanjang 2024, Bank Raya juga mencatatkan kenaikan tren transaksi digital. Dari 1,3 juta transaksi awal, transaksi tersebut tumbuh menjadi 2,6 juta transaksi. Ini menunjukkan peningkatan minat nasabah terhadap transaksi digital di bank. Selain itu, jumlah nasabah yang menggunakan transaksi digital meningkat sebanyak 911 ribu orang atau naik 18% (yoy).
Rata-rata transaksi bulanan juga mengalami kenaikan. Dari Rp65 ribu per bulan awal, rata-rata transaksi bulanan sekarang mencapai Rp285 ribu per bulan. Ini menunjukkan peningkatan aktivitas transaksi di bank dan kebutuhan nasabah untuk menggunakan layanan digital.
Bank Raya berencana untuk mengembangkan inovasi produk untuk memenuhi kebutuhan nasabah di 2025. Mereka akan menginvestasikan dalam teknologi dan inovasi untuk menciptakan produk yang lebih baik dan lebih sesuai dengan kebutuhan nasabah. Ini akan membantu bank untuk tetap kompetitif dan memberikan nilai tambah kepada nasabah.
Inovasi produk ini dapat mencakup berbagai aspek, seperti produk kredit yang lebih fleksibel, produk asuransi digital, dan layanan pembiayaan online. Dengan mengembangkan inovasi ini, Bank Raya dapat membantu UMKM lebih mudah mengakses dana dan mengembangkan bisnis mereka.