Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) telah menjadi topik hangat di masyarakat sejak peluncurannya oleh Presiden Prabowo Subianto. Keberadaan lembaga ini menimbulkan berbagai reaksi, termasuk kekhawatiran tentang dampaknya terhadap perekonomian Indonesia. Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Joko Widodo (Jokowi) juga ikut memberikan pendapat mereka mengenai institusi baru ini. SBY menyoroti pentingnya tata kelola yang baik dan transparansi, sementara Jokowi melihat Danantara sebagai langkah maju untuk pertumbuhan ekonomi nasional.
Sejak pengumumannya, Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) telah memicu banyak diskusi di kalangan publik. Presiden Prabowo Subianto meluncurkannya dengan tujuan memperkuat investasi nasional, khususnya yang bersifat strategis dan berjangka panjang. Namun, tidak sedikit yang meragukan efektivitas dan manfaat lembaga ini bagi perekonomian Indonesia. Mantan Presiden SBY, melalui laman resminya, menyampaikan pandangannya tentang kekhawatiran masyarakat terhadap tata kelola, transparansi, dan akuntabilitas Danantara. Ia menekankan bahwa niat dan tujuan Presiden Prabowo dalam membentuk Danantara adalah baik, namun perlu adanya pengelolaan yang tepat agar dapat mencapai tujuan tersebut.
SBY menjelaskan bahwa keberhasilan Danantara sangat bergantung pada beberapa faktor utama. Pertama, tata kelola yang baik harus diterapkan untuk memastikan efisiensi dan efektivitas operasional. Kedua, para pengelola harus memiliki keahlian yang cukup untuk mengambil keputusan ekonomi dan bisnis yang tepat serta berhati-hati. Ketiga, transparansi dan akuntabilitas harus selalu dipertahankan agar masyarakat dapat mempercayai lembaga ini. Terakhir, Danantara harus bebas dari konflik kepentingan dan pengaruh politik yang tidak semestinya. SBY juga menyarankan agar informasi mengenai perkembangan Danantara disampaikan secara berkala kepada masyarakat.
Mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga mengekspresikan pandangannya tentang Danantara melalui akun Instagram pribadinya. Menurut Jokowi, lembaga ini merupakan terobosan besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dengan hadirnya Danantara, diharapkan akan tercipta lebih banyak peluang bagi masyarakat dan dorongan baru untuk pembangunan yang berkelanjutan. Jokowi optimistis bahwa Danantara akan berperan penting dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045, yaitu Indonesia yang lebih maju, mandiri, dan sejahtera. Ia mengajak masyarakat untuk mendukung langkah ini demi masa depan bangsa.
Dengan berbagai pandangan yang disampaikan oleh mantan presiden, jelas bahwa Danantara memiliki potensi besar untuk mempengaruhi perekonomian Indonesia. Namun, keberhasilannya sangat bergantung pada implementasi tata kelola yang baik, transparansi, dan akuntabilitas. Dukungan dari masyarakat dan pemerintah akan menjadi kunci utama dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
Pasar keuangan di Republik Indonesia mengalami fluktuasi signifikan pada akhir pekan 28 Maret 2025. Indeks harga saham gabungan (IHSG) jatuh tajam hingga mencapai posisi 6.270, sementara mata uang Rupiah melemah mencapai level terendah sepanjang masa di kisaran Rp16.575 per Dolar AS. Namun, pada perdagangan Senin, 3 Maret 2025, IHSG berhasil bangkit dengan penguatan 1,58% ke level 6.369, dan Rupiah menguat 0,27% menjadi Rp16.530 per Dolar AS. Sentimen pasar domestik yang mempengaruhi penurunan ini dan peluang apa yang dapat dimanfaatkan oleh para pelaku pasar menjadi topik penting dalam diskusi.
Beberapa faktor berkontribusi pada penurunan pasar keuangan Indonesia. Peristiwa ekonomi global dan lokal berperan penting dalam menekan sentimen investor. Selain itu, ketidakpastian politik dan ekonomi juga turut mempengaruhi kondisi pasar. Kondisi tersebut menyebabkan banyak investor merasa cemas dan melakukan aksi jual besar-besaran. Akibatnya, indeks saham dan nilai tukar mata uang mengalami penurunan yang signifikan.
Berbagai isu global dan domestik mempengaruhi kepercayaan investor terhadap pasar Indonesia. Ketidakstabilan ekonomi global, seperti perang dagang dan volatilitas pasar keuangan internasional, menambah tekanan pada pasar domestik. Di sisi lain, faktor-faktor lokal seperti kebijakan moneter dan fiskal, serta ekspektasi pertumbuhan ekonomi, juga mempengaruhi perilaku investor. Aksi jual yang masif menunjukkan bahwa investor lebih memilih untuk menghindari risiko dalam situasi yang tidak pasti ini.
Meskipun mengalami penurunan, pasar keuangan Indonesia menunjukkan tanda-tanda pemulihan pada awal minggu berikutnya. Indeks saham dan mata uang menguat kembali, memberikan harapan bagi para pelaku pasar. Peluang ini dapat dimanfaatkan oleh investor yang mampu melihat potensi jangka panjang di tengah ketidakpastian jangka pendek. Penting bagi investor untuk tetap waspada dan mempertimbangkan strategi yang tepat.
Dengan adanya pemulihan ini, para pelaku pasar dapat merumuskan strategi yang efektif untuk memanfaatkan peluang yang ada. Investor perlu memperhatikan indikator ekonomi makro dan mikro untuk membuat keputusan investasi yang bijaksana. Selain itu, diversifikasi portofolio dapat membantu mengurangi risiko. Para ahli keuangan menyarankan agar investor tetap tenang dan tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan. Mengikuti perkembangan ekonomi global dan domestik secara kontinyu akan membantu dalam mengidentifikasi peluang dan tantangan yang mungkin muncul.
Penutupan bulan yang tidak menggembirakan bagi pasar saham Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat penurunan signifikan hingga 3,31%, berakhir di posisi 6.270,59 pada akhir perdagangan Jumat. Aktivitas jual besar-besaran oleh investor asing menjadi faktor utama penurunan ini. Investor asing mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp2,91 triliun di seluruh pasar dan Rp2,91 miliar di pasar reguler. Meskipun demikian, beberapa saham masih mendapatkan minat beli dari investor asing.
Berbagai perusahaan tetap menarik minat investor asing meski IHSG mengalami penurunan drastis. Berdasarkan data dari Stockbit, beberapa saham yang masih dicari antara lain PT Rukun Raharja Tbk., dengan net foreign buy mencapai Rp26,12 miliar, disusul oleh PT Indofood Sukses Makmur Tbk. dengan pembelian bersih Rp25,13 miliar. PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. juga masuk dalam daftar dengan nilai Rp20,01 miliar. Selain itu, PT Aneka Tambang Tbk. dan PT Triputra Agro Persada Tbk. mencatat pembelian bersih sebesar Rp13,23 miliar dan Rp13,10 miliar masing-masing. Perusahaan-perusahaan lain seperti PT Hartadinata Abadi Tbk., PT Medco Energi Tbk., PT Merdeka Battery Materials Tbk., PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk., dan PT Kalbe Farma Tbk. juga masih mendapatkan minat beli dari investor asing.
Walau situasi pasar tampak suram, ada pelajaran penting yang dapat diambil. Kepercayaan investor asing terhadap sejumlah emiten menunjukkan bahwa kinerja fundamental perusahaan tetap menjadi pertimbangan utama dalam investasi. Ini menegaskan bahwa stabilitas dan kekuatan ekonomi dasar suatu perusahaan dapat memberikan ketahanan bahkan di tengah ketidakpastian pasar. Hal ini menginspirasi kita untuk tetap optimis dan fokus pada kualitas investasi jangka panjang.