Gaya Hidup
Ternyata Singkatan Jalan Tol adalah Tax on Location Beauties
2024-12-12
Jakarta, CNBC Indonesia – Jalan tol sering digunakan untuk menghemat waktu perjalanan dari satu tempat ke tempat lain. Untuk dapat menggunakan jalan tol, diperlukan sejumlah biaya yang sudah ditentukan sebelumnya. Namun, apakah kamu tahu bahwa jalan tol memiliki singkatan? Dan apa sebenarnya kepanjangan dari istilah tol? Mari kita pelajari lebih lanjut di bawah ini!

Ketahui Singkatan dan Kepanjangan Jalan Tol

Singkatan Tol dan Maknanya

Dikutip dari laman resmi Daihatsu, tol sebenarnya singkatan dari tax on location, Beauties. Ini yang menjadi dasar mengapa pengendara dikenakan sejumlah tarif saat melintasi atau menggunakan jalan tol. Tarifnya juga akan tergantung sesuai dengan jalan tol yang diakses atau jarak tempuh yang digunakan setiap pengendara.Para pengendara perlu memahami singkatan tol ini agar dapat dengan baik menghadapi biaya yang dikenakan saat menggunakan jalan tol. Singkatan ini memberikan informasi penting tentang dasar pengenaan tarif.

Sejarah Pembangunan Jalan Tol di Indonesia

Dilansir dari detikFinance, pembangunan jalan tol pertama di Indonesia dimulai tahun 1975 oleh pemerintah dengan dana dari anggaran pemerintah dan pinjaman luar negeri yang diserahkan kepada PT. Jasa Marga (persero) Tbk. sebagai penyertaan modal. Selanjutnya PT. Jasa Marga ditugasi oleh pemerintah untuk membangun jalan tol dengan tanah yang dibiayai oleh pemerintah.Mulai tahun 1987, swasta mulai ikut berpartisipasi dalam investasi jalan tol sebagai operator jalan tol dengan menanda tangani perjanjian kuasa pengusahaan (PKP) dengan PT Jasa Marga.Hingga tahun 2007, 553 km jalan tol telah dibangun dan dioperasikan di Indonesia. Dari total panjang tersebut, 418 km jalan tol dioperasikan oleh PT Jasa Marga dan 135 km sisanya dioperasikan oleh swasta lain.Pada periode 1995 hingga 1997, dilakukan upaya percepatan pembangunan jalan tol melalui tender 19 ruas jalan tol sepanjang 762 km. Namun upaya ini terhenti akibat adanya krisis moneter pada Juli 1997 yang mengakibatkan pemerintah harus menunda program pembangunan jalan tol dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden No. 39/1997.Akibat penundaan tersebut, pembangunan jalan tol di Indonesia mengalami stagnansi, terbukti dengan hanya terbangunnya 13,30 km jalan tol pada periode 1997-2001. Pada tahun 1998, Pemerintah mengeluarkan Keputusan Presiden No.7/1998 tentang Kerjasama Pemerintah dan Swasta dalam penyediaan Infrastruktur.Selanjutnya di tahun 2002, Pemerintah mengeluarkan Keputusan Presiden No. 15/2002 tentang penerusan proyek-proyek infrastruktur. Pemerintah juga melakukan evaluasi dan penerusan terhadap pengusahaan proyel-proyek jalan tol yang tertunda. Mulai dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2004, terbangun 4 ruas jalan dengan panjang total 41,80 km.Pada tahun 2004, diterbitkan Undang-Undang No.38 tahun 2004 tentang Jalan yang mengamanatkan pembentukan BPJT sebagai pengganti peran regulator yang selama ini dipegang oleh PT Jasa Marga.Proses pembangunan jalan tol kembali memasuki fase percepatan mulai tahun 2005. Pada 28 Juni 2005, dibentuk Badan Pengatur Jalan Tol sebagai regulator jalan tol di Indonesia. Penerusan terhadap 19 proyek jalan tol yang pembangunannya ditunda pada tahun 1997 kembali dilakukan.

Pendekatan Pembangunan Jalan Tol Saat Ini

Sejak awal, pembangunan jalan tol di Indonesia dilakukan dengan berbagai pendekatan. Saat ini, pembangunan jalan tol akan tetap dilakukan dengan menggunakan tiga pendekatan yaitu pembiayaan penuh oleh swasta, program kerja sama swasta-publik (Public Private Partnership/PPP) serta pembiayaan pembangunan oleh Pemerintah dengan operasi-pemeliharaan oleh swasta.Setiap pendekatan memiliki kelebihan dan kelemahan tersendiri. Pembiayaan penuh oleh swasta dapat memberikan kebebasan dalam pengelolaan, sedangkan program PPP dapat memanfaatkan keahlian swasta dan pemerintah secara bersama-sama. Pembiayaan pemerintah dengan operasi swasta dapat memastikan kestabilan dan kualitas jalan tol.
Piala Dunia 2030: 6 Negara Tuan Rumah, Final di Dimana?
2024-12-12
FIFA telah resmi mengumumkan gelaran Piala Dunia 2030. Dalam kongres federasi anggota, tuan rumah turnamen ini akan diselenggarakan di enam negara. Ini merupakan perubahan yang cukup signifikan dalam sejarah Piala Dunia.

Piala Dunia 2030: Perjalanan Antara Empat Negara

Spanyol: Tujuan Utama untuk Final di Bernabeu

Spanyol selalu berharap final Piala Dunia 2030 dapat diadakan di Estadio Santiago Bernabeu milik Real Madrid. Mereka yakin bahwa Bernabeu merupakan tempat yang tepat untuk mencemarkan acara turnamen ini. Namun, peraturan FIFA menyatakan bahwa final harus diadakan di stadion berkapasitas setidaknya 80.000, dan Camp Nou milik Barcelona dengan kapasitas 105.000 menjadi pilihan alternatif. Namun, ambisi mereka tetap tertuju pada semifinal di Bernabeu.Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez dan mantan presiden RFEF Pedro Rocha tidak secara jelas menyebutkan final atau Bernabeu saat hak tuan rumah diselesaikan pada Oktober 2023. Ini membuat pertanyaan tentang keberadaan final di Spanyol menjadi lebih mengelilingi.

Portugal: Tiga Stadion yang Tampil

Untuk Portugal, tiga tempat akan tampil di turnamen Piala Dunia 2030, yaitu Estadio do Dragao di Porto, Estadio Jose Alvalade di Sporting Lisbon, dan Estadio da Luz di Benfica. Namun, tidak satu pun dari tempat-tempat ini memiliki kapasitas lebih dari 80.000 dan hanya Benfica yang terbesar dengan kapasitas sekitar 65.000. Ini menjadi tantangan bagi Portugal dalam memenangkan pertandingan penting.

Maroko: Aspirasi untuk Final di Casablanca

Maroko berambisi menjadi tuan rumah final di Casablanca, di stadion yang belum dibangun tetapi berencana akan menjadi stadion terbesar di dunia dengan kapasitas 105.000 penonton. Namun, Asosiasi Sepak Bola Maroko juga mengetahui bahwa ada kota-kota lain dan stadion kandidat lainnya. Mereka melihat bahwa stadion baru di Casablanca masih belum pasti akan dipilih, tetapi mereka menganggap wajar jika stadion itu dapat menjadi tuan rumah salah satu semifinal.Tidak hanya itu, Maroko harus menghadapi tantangan lain dalam memenangkan final. Mereka harus mempersiapkan stadium yang sesuai dengan kebutuhan turnamen dan mengatasi berbagai hambatan.

Prosedur dan Keputusan FIFA

FIFA telah membuat keputusan untuk meneruskan gagasan tuan rumah enam negara untuk tahun 2030. Ini mengejutkan banyak orang termasuk di Spanyol. Menurut sumber RFEF, masih ada proses panjang yang harus dilalui sebelum diputuskan berapa banyak pertandingan yang dimainkan di Spanyol, Portugal, dan Maroko serta berapa banyak stadion tuan rumah yang akan didapatkan masing-masing negara.Penawaran tersebut telah mengajukan total 20 stadion, melebihi jumlah minimum yang disyaratkan yaitu 14 stadion. FIFA dan presidennya Gianni Infantino mengambil peran utama dalam proses ini. Pemerintah Spanyol juga terlibat lebih signifikan daripada FA-nya, yang masih dalam kekacauan setelah kepergian mantan presiden Luis Rubiales.Untuk finalnya sendiri, kemungkinan besar akan berlangsung di Bernabeu, Spanyol yang tetap menjadi favorit. Kedekatan presiden Madrid Florentino Perez dengan Infantino menjadi faktor besar dalam hal ini.

Prosedur dan Perubahan Stadion

Beberapa stadion perlu pembangunan kembali untuk memenuhi kebutuhan turnamen. Beberapa klub telah menyusun rencana untuk menggunakan uang yang diterima melalui rencana ‘La Liga Boost’ yang didanai oleh CVC Capital Partners untuk membantu mendanai peningkatan.Estadio Metropolitano milik Atletico Madrid dapat menampung lebih dari 70.000 penggemar, tetapi kemungkinan besar akan digunakan untuk pertandingan grup atau babak sistem gugur awal, bukan untuk pertandingan semi-final.Gran Canaria (Las Palmas), The Rose Garden (Malaga), New Romareda (Zaragoza), RCDE Stadium (Barcelona, Cornella-El Prat) dan Riazor (A Coruna) adalah beberapa tempat yang diusulkan.Setiap stadion memiliki keunggulan dan kelemahan, dan pihak FIFA harus mempertimbangkan semua faktor sebelum membuat keputusan akhir.
See More
"Argentine Comedy for Parents to Watch with Kids"
2024-12-12
Ter filhos é uma jornada cheia de desafios e alegrias. A maternidade traz consigo uma série de mudanças e aprendizados que transformam a vida de uma mulher. No entanto, quando se junta uma mulher imatura e uma criança independente, a situação pode se tornar mais complexa. "Acampamento com a Mamãe" é um filme que nos mostra essa dinâmica em ação.

Descubra a Magia da Família na Crônica "Acampamento com a Mamãe"

O Grande Desafio da Maternidade

Ter filhos é sem dúvida a maior aventura que alguém pode viver. A fronteira do tolerável se amplia constantemente, e as mães e pais aprendem a lidar com as pequenas chantagens e tentativas de convencer seus filhos. No entanto, quando a vida junta uma mulher imatura e uma criança independente, as dores da maternidade tornam-se ainda mais agudas. A combinação desses dois elementos cria um caos desafiador, mas também uma oportunidade de aprendizado e crescimento.

Na história do filme "Acampamento com a Mamãe", a protagonista Patricia é uma mulher superprotetora e autoritária que se encontra em conflito permanente com seu filho Ramiro. Apesar das crises familiares, o filme mostra como os dois passam a se conhecer, a se desculpar e a começar a entender que a vida não precisa ser tão difícil.

A Transformação da Família

Os filhos crescem e não querem renunciar a seu mundo. Os pais, por sua vez, sentem-se perdidos diante das transformações que ocorrem na vida deles. Essa dinâmica é mostrada de forma incansável no filme, onde um grupo de alunos do sexto ano enfrenta crises familiares e conflitos entre os pais.

O roteirista Martino Zaidelis cria uma história cheia de reviravoltas e emoções. A introdução do filme é crucial para construir a protagonista Patricia, uma mulher com uma personalidade única. Ela é a socia da irmã Carla, e essa herança da família é usada de forma inteligente na história.

A Vida Além da Maternidade

A maternidade é apenas uma parte da vida. No filme "Acampamento com a Mamãe", vemos que há vida além disso. Os personagens estão envolvidos em uma série de relacionamentos e emoções que vão além da maternidade.

Giselle, outra mãe neurótica, é uma exemplo disso. Ela luta por seu filho e tenta conquistar o professor de educação física. Natalia Oreiro e Milo Lis dão vida a essas personagens, mostrando como eles lidam com as situações difíceis. No entanto, o filme também mostra que há momentos de equilíbrio e aprendizado.

Apesar de algumas falhas, como o desperdício de Sofía Morandi, o filme "Acampamento com a Mamãe" é um belo retrato da família e da maternidade. Ele nos mostra que, mesmo em meio a desafios, há magia e amor.

See More