Pada pembukaan perdagangan Senin, 3 Januari 2025, IHSG mengalami lonjakan positif hingga 1,6% ke level 6.370,79. Dalam dua menit pertama, transaksi mencapai Rp 1,03 triliun melibatkan 1,14 miliar saham dalam 59 ribu kali transaksi. Beberapa menit kemudian, indeks ini naik lebih jauh hingga 1,86%, dengan sektor keuangan menjadi pemimpin penguatan.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga mengalami perbaikan. Di akhir pekan lalu, rupiah ditutup di posisi Rp16.575/US$, melemah 0,79% dalam sehari dan 1,69% dalam seminggu. Sentimen positif ini berlanjut pada awal minggu ini, dengan sejumlah data ekonomi yang akan dirilis.
Biro Pusat Statistik (BPS) juga akan merilis data Indeks Harga Konsumen (IHK) periode Februari 2025. Konsensus pasar memperkirakan IHK akan turun atau mengalami deflasi bulanan sebesar 0,04%, sementara inflasi tahunan diproyeksi berada pada angka 0,64%. Faktor diskon tarif listrik 50% berpotensi menyebabkan deflasi bulanan, namun tekanan inflasi diperkirakan meningkat menjelang Ramadhan dan Lebaran.
Pergerakan pasar juga dipengaruhi oleh data ekonomi Amerika Serikat, seperti S&P Global Manufacturing PMI dan ISM Manufacturing PMI. Kedua data ini masih diperkirakan bergerak di atas angka 50, menunjukkan kondisi manufaktur AS dalam kategori ekspansif. Hal ini dapat memberikan sentimen positif bagi pasar global termasuk Indonesia.
Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) telah menjadi topik hangat di masyarakat sejak peluncurannya oleh Presiden Prabowo Subianto. Keberadaan lembaga ini menimbulkan berbagai reaksi, termasuk kekhawatiran tentang dampaknya terhadap perekonomian Indonesia. Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Joko Widodo (Jokowi) juga ikut memberikan pendapat mereka mengenai institusi baru ini. SBY menyoroti pentingnya tata kelola yang baik dan transparansi, sementara Jokowi melihat Danantara sebagai langkah maju untuk pertumbuhan ekonomi nasional.
Sejak pengumumannya, Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) telah memicu banyak diskusi di kalangan publik. Presiden Prabowo Subianto meluncurkannya dengan tujuan memperkuat investasi nasional, khususnya yang bersifat strategis dan berjangka panjang. Namun, tidak sedikit yang meragukan efektivitas dan manfaat lembaga ini bagi perekonomian Indonesia. Mantan Presiden SBY, melalui laman resminya, menyampaikan pandangannya tentang kekhawatiran masyarakat terhadap tata kelola, transparansi, dan akuntabilitas Danantara. Ia menekankan bahwa niat dan tujuan Presiden Prabowo dalam membentuk Danantara adalah baik, namun perlu adanya pengelolaan yang tepat agar dapat mencapai tujuan tersebut.
SBY menjelaskan bahwa keberhasilan Danantara sangat bergantung pada beberapa faktor utama. Pertama, tata kelola yang baik harus diterapkan untuk memastikan efisiensi dan efektivitas operasional. Kedua, para pengelola harus memiliki keahlian yang cukup untuk mengambil keputusan ekonomi dan bisnis yang tepat serta berhati-hati. Ketiga, transparansi dan akuntabilitas harus selalu dipertahankan agar masyarakat dapat mempercayai lembaga ini. Terakhir, Danantara harus bebas dari konflik kepentingan dan pengaruh politik yang tidak semestinya. SBY juga menyarankan agar informasi mengenai perkembangan Danantara disampaikan secara berkala kepada masyarakat.
Mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga mengekspresikan pandangannya tentang Danantara melalui akun Instagram pribadinya. Menurut Jokowi, lembaga ini merupakan terobosan besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dengan hadirnya Danantara, diharapkan akan tercipta lebih banyak peluang bagi masyarakat dan dorongan baru untuk pembangunan yang berkelanjutan. Jokowi optimistis bahwa Danantara akan berperan penting dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045, yaitu Indonesia yang lebih maju, mandiri, dan sejahtera. Ia mengajak masyarakat untuk mendukung langkah ini demi masa depan bangsa.
Dengan berbagai pandangan yang disampaikan oleh mantan presiden, jelas bahwa Danantara memiliki potensi besar untuk mempengaruhi perekonomian Indonesia. Namun, keberhasilannya sangat bergantung pada implementasi tata kelola yang baik, transparansi, dan akuntabilitas. Dukungan dari masyarakat dan pemerintah akan menjadi kunci utama dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
Pasar keuangan di Republik Indonesia mengalami fluktuasi signifikan pada akhir pekan 28 Maret 2025. Indeks harga saham gabungan (IHSG) jatuh tajam hingga mencapai posisi 6.270, sementara mata uang Rupiah melemah mencapai level terendah sepanjang masa di kisaran Rp16.575 per Dolar AS. Namun, pada perdagangan Senin, 3 Maret 2025, IHSG berhasil bangkit dengan penguatan 1,58% ke level 6.369, dan Rupiah menguat 0,27% menjadi Rp16.530 per Dolar AS. Sentimen pasar domestik yang mempengaruhi penurunan ini dan peluang apa yang dapat dimanfaatkan oleh para pelaku pasar menjadi topik penting dalam diskusi.
Beberapa faktor berkontribusi pada penurunan pasar keuangan Indonesia. Peristiwa ekonomi global dan lokal berperan penting dalam menekan sentimen investor. Selain itu, ketidakpastian politik dan ekonomi juga turut mempengaruhi kondisi pasar. Kondisi tersebut menyebabkan banyak investor merasa cemas dan melakukan aksi jual besar-besaran. Akibatnya, indeks saham dan nilai tukar mata uang mengalami penurunan yang signifikan.
Berbagai isu global dan domestik mempengaruhi kepercayaan investor terhadap pasar Indonesia. Ketidakstabilan ekonomi global, seperti perang dagang dan volatilitas pasar keuangan internasional, menambah tekanan pada pasar domestik. Di sisi lain, faktor-faktor lokal seperti kebijakan moneter dan fiskal, serta ekspektasi pertumbuhan ekonomi, juga mempengaruhi perilaku investor. Aksi jual yang masif menunjukkan bahwa investor lebih memilih untuk menghindari risiko dalam situasi yang tidak pasti ini.
Meskipun mengalami penurunan, pasar keuangan Indonesia menunjukkan tanda-tanda pemulihan pada awal minggu berikutnya. Indeks saham dan mata uang menguat kembali, memberikan harapan bagi para pelaku pasar. Peluang ini dapat dimanfaatkan oleh investor yang mampu melihat potensi jangka panjang di tengah ketidakpastian jangka pendek. Penting bagi investor untuk tetap waspada dan mempertimbangkan strategi yang tepat.
Dengan adanya pemulihan ini, para pelaku pasar dapat merumuskan strategi yang efektif untuk memanfaatkan peluang yang ada. Investor perlu memperhatikan indikator ekonomi makro dan mikro untuk membuat keputusan investasi yang bijaksana. Selain itu, diversifikasi portofolio dapat membantu mengurangi risiko. Para ahli keuangan menyarankan agar investor tetap tenang dan tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan. Mengikuti perkembangan ekonomi global dan domestik secara kontinyu akan membantu dalam mengidentifikasi peluang dan tantangan yang mungkin muncul.