Berita
Inflasi Nasi-Lauk: Ancaman Baru bagi Stabilitas Harga di Indonesia
2024-11-01
Harga nasi dengan lauk di Indonesia terus mengalami kenaikan, menjadi salah satu faktor yang mendorong peningkatan inflasi inti pada Oktober 2024. Kenaikan harga ini terjadi di berbagai daerah, dengan tiga kota/kabupaten yang mencatat inflasi nasi-lauk tertinggi. Berbagai komoditas pendukung seperti bawang merah, telur ayam, dan daging ayam turut menjadi penyebab utama tekanan inflasi pada nasi dengan lauk.
Tren Kenaikan Harga Nasi dengan Lauk Perlu Diwaspadai
Inflasi Nasi-Lauk Tertinggi di Tiga Daerah
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi nasi dengan lauk pada Oktober 2024 tercatat sebesar 0,67% secara bulanan. Angka ini memberikan andil sebesar 0,02% terhadap inflasi inti yang mencapai 0,22% pada periode yang sama. Secara tahunan, inflasi nasi-lauk bahkan mencapai 2,54%, dengan andil 0,06% terhadap inflasi inti sebesar 2,21%.Kenaikan harga nasi dengan lauk terjadi di 23 kabupaten/kota di Indonesia. Tiga daerah dengan inflasi nasi-lauk tertinggi adalah Timika (9,65%), Mesuji (6,3%), dan Kabupaten Karo (4,14%). Tingginya inflasi di daerah-daerah tersebut disebabkan oleh kenaikan harga bahan-bahan pendukung seperti bawang merah, telur ayam ras, dan daging ayam ras.Kenaikan Harga Bahan Baku Jadi Pemicu Utama
Menurut Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti, tekanan harga pada komoditas nasi dengan lauk dipicu oleh kenaikan harga bawang merah sebesar 7,94% secara bulanan, telur ayam ras 0,82%, dan daging ayam ras 2,76%. Ketiga komoditas ini merupakan bahan-bahan utama dalam penyajian nasi dengan lauk, sehingga kenaikannya berdampak langsung pada harga akhir.Kenaikan harga bahan baku ini menjadi faktor dominan yang mendorong inflasi nasi-lauk di berbagai daerah. Selain itu, faktor musiman dan gangguan pasokan juga turut berkontribusi terhadap tekanan inflasi pada komoditas ini.Dampak Inflasi Nasi-Lauk pada Inflasi Inti
Tingginya inflasi nasi dengan lauk pada Oktober 2024 tidak hanya berdampak pada harga jual di tingkat konsumen, tetapi juga memberikan andil yang cukup signifikan terhadap inflasi inti secara keseluruhan. Inflasi nasi-lauk yang mencapai 0,67% secara bulanan memberikan kontribusi sebesar 0,02% terhadap inflasi inti.Hal ini menunjukkan bahwa pergerakan harga nasi dengan lauk, sebagai salah satu komponen penting dalam keranjang belanja masyarakat, turut mempengaruhi dinamika inflasi inti di Indonesia. Oleh karena itu, tren kenaikan harga nasi-lauk perlu menjadi perhatian khusus bagi pemerintah dan otoritas terkait dalam upaya menjaga stabilitas harga secara keseluruhan.Upaya Pengendalian Inflasi Nasi-Lauk
Untuk mengendalikan inflasi nasi dengan lauk, pemerintah perlu melakukan berbagai langkah strategis. Pertama, memastikan ketersediaan pasokan bahan baku utama seperti bawang merah, telur ayam, dan daging ayam secara memadai. Hal ini dapat dilakukan melalui koordinasi dengan produsen, distributor, dan pedagang eceran untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga.Selain itu, pemerintah juga dapat melakukan intervensi harga secara langsung di pasar, terutama pada saat terjadi lonjakan harga yang signifikan. Upaya ini dapat dilakukan melalui program subsidi atau bantuan langsung kepada konsumen untuk menjaga daya beli masyarakat.Dalam jangka panjang, pemerintah juga perlu mendorong peningkatan produktivitas dan efisiensi di sepanjang rantai pasok nasi dengan lauk. Investasi pada sektor pertanian, peternakan, dan infrastruktur logistik dapat menjadi langkah strategis untuk menjaga stabilitas harga dan pasokan komoditas pendukung.Dengan berbagai upaya tersebut, diharapkan inflasi nasi dengan lauk dapat dikendalikan dan tidak memberikan tekanan yang berlebih terhadap inflasi inti di Indonesia.