Pasar
Menunggu Cadangan Devisa RI, Rupiah Siap Bermain Weekend?
2024-12-06
Jakarta, CNBC Indonesia – Pergerakan rupiah dalam menghadapi dolar AS mengalami perubahan yang menarik. Pada hari ini, pergerakan rupiah mulai menguat setelah the greenback mengalami pelemahan. Ini membawa harapan bagi para investor dan pelaku pasar.

Potensi Pengungkit Rupiah

Hari ini akan ada rilis cadangan devisa RI yang memiliki potensi untuk menjadi pengungkit rupiah. Namun, pelaku pasar juga perlu berhati-hati dan mewaspadai perkembangan data pekerjaan AS. Data Refinitiv menunjukkan bahwa pada penutupan perdagangan kemarin (5/12/2024), rupiah menguat hingga 0,44% dan berada di Rp15.855/US$. Sepanjang hari, nilai tukar rupiah berfluktuasi di rentang Rp15.920/US$ hingga Rp15.854/US$.

Indeks Dolar AS (DXY) juga alami pelemahan hingga 0,17% tepat pukul 15.00 ke posisi 106,14. Pelemahan ini memberikan angin segar bagi nilai tukar RI. Selain itu, penguatan rupiah juga sejalan dengan optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Laporan Economic Outlook 2025 dari Permata Institute for Economic Research (PIER) memproyeksikan ekonomi Indonesia tumbuh hingga 5,15% pada tahun 2025.

Proyeksi Ekonomi dan Faktor-faktornya

Proyeksi ini didasarkan pada potensi peningkatan konsumsi rumah tangga, diversifikasi ekspor, dan aliran investasi langsung yang lebih kuat. Josua Pardede, Chief Economist Permata Bank, menyatakan bahwa prospek ini menjadi pijakan yang kokoh untuk menjaga keberlanjutan pertumbuhan ekonomi, meski masih ada tantangan global.

Selain itu, inflasi Indonesia pada 2025 diperkirakan tetap terkendali di angka 3,12%, meski terdapat tekanan dari kenaikan tarif PPN dan cukai pada beberapa barang seperti plastik, rokok, dan minuman berpemanis.

Pergerakan Rupiah dan Data Cadangan Devisa

Pergerakan rupiah hari ini akan dipengaruhi oleh rilis data cadangan devisa RI dan juga menghadapi tantangan dari rilis data tenaga kerja AS. Sebelumnya, BI melaporkan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Oktober 2024 tercatat sebesar US$ 151,2 miliar. Realisasi tersebut meningkat US$ 1,3 miliar dari sebelumnya US$ 149,9 miliar.

Kenaikan posisi cadangan devisa tersebut antara lain berasal dari penerimaan pajak dan jasa serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah. Data tersebut menunjukkan bahwa cadangan devisa setara dengan pembiayaan 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, dan berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

Perhatian Terhadap Data Tenaga Kerja AS

Di sisi lain, pelaku pasar perlu mengantisipasi Pidato Powel yang menyatakan bahwa ekonomi AS masih kuat dan pasar kini beralih menantikan data lebih lanjut terkait data payroll dan tingkat pengangguran negeri Paman Sam. Sebelumnya, Ketua The Fed Jerome Powell menyatakan bahwa perekonomian AS saat ini lebih kuat dibandingkan yang diperkirakan bank sentral pada September lalu ketika mulai menurunkan suku bunga. Ia juga memberikan sinyal bahwa dia mendukung langkah yang lebih hati-hati dalam pemotongan suku bunga ke depan.

Sementara terkait data pasar tenaga kerja, ekonomi AS menambah 12 ribu pekerjaan pada Oktober 2024, jauh di bawah 223 ribu yang direvisi turun pada September dan perkiraan 113 ribu. Angka ini adalah pertumbuhan pekerjaan terendah sejak Desember 2020 ketika 243 ribu pekerjaan hilang karena dampak pemogokan di Boeing.

Adapun tingkat pengangguran di AS berada di angka 4,1% pada bulan Oktober 2024, tidak berubah dari level terendah dalam tiga bulan pada bulan sebelumnya, dan sejalan dengan ekspektasi pasar. Jumlah pengangguran secara umum tidak berubah di angka 7 juta. Di antara mereka yang tidak memiliki pekerjaan, mereka yang kehilangan pekerjaan tetap naik sedikit menjadi 1,8 juta, sementara PHK sementara hanya sedikit berubah di angka 846 ribu. Pada gilirannya, pengangguran jangka panjang hanya sedikit berubah dari bulan sebelumnya di angka 1,6 juta. Sementara itu, tingkat partisipasi angkatan kerja turun 0,1 poin persentase menjadi 62,6%.

Teknikal Rupiah

Pergerakan rupiah dalam melawan dolar AS tampak mulai sideways setelah beberapa hari pelemahan. Jika menguat lebih lanjut, potensi support yang akan dijui selanjutnya di Rp15.800/US$, yang bertepatan dengan garis horizontal yang ditarik dari low candle 20 November 2024. Sementara untuk resistance terdekat sebagai antisipasi jika terjadi pelemahan ada di Rp15.960/US$ yang diambil dari high candle intraday 4 Desember 2024.

Asing Net Sell, Tetapi Beberapa Saham Dikoleksi
2024-12-06
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami perubahan setelah berhasil ditutup terpression selama dua hari beruntun. Pada akhir perdagangan Kamis (5/12/2024), indeks ditutup turun 0,18% dan berada pada posisi 7.313,31.

Analisis Perubahan IHSG dan Efeknya pada Pasar Saham

Persebaran Transaksi IHSG Kemarin

Kemarin, nilai transaksi indeks relatif sepi dengan hanya mencapai sekitar Rp 9,45 triliun. Transaksi ini melibatkan 15,63 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,2 juta kali. Dalam transaksi tersebut, terdapat 300 saham yang naik, 287 saham yang turun, dan 203 saham yang stagnan. Hal ini menunjukkan kondisi yang cukup stabil namun dengan sedikit penurunan.

Perubahan Investor Asing di Pasar

Investor asing menunjukkan perilaku yang menarik. Mereka melakukan penjualan bersih sebesar Rp304,70 miliar di seluruh pasar dan sebesar Rp359,15 miliar di pasar reguler. Namun, mereka juga melakukan pembelian bersih sebesar Rp54,45 miliar di pasar negosiasi dan tunai. Ini menunjukkan adanya perubahan perilaku investor asing terhadap pasar saham.

Saham yang Menjadi Pilihan Keranjang Asing

Saat IHSG mengalami kondisi tertentu, beberapa saham menjadi pilihan keranjang asing. BBCA diidentifikasi sebagai saham dengan net buy asing terbesar, yaitu Rp169,54 miliar. Lalu diikuti oleh ASII dengan Rp44,44 miliar dan INDF dengan Rp30,58 miliar. Ini menunjukkan bahwa beberapa saham memiliki daya tarik khusus bagi investor asing.

10 Saham dengan Net Foreign Buy Terbesar

Berikut adalah 10 saham dengan net foreign buy terbesar pada perdagangan Kamis:1. PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) - Rp169,54 miliarBBCA menjadi saham favorit investor asing dengan net buy sebesar itu. Hal ini menunjukkan kepercayaan investor asing terhadap bank tersebut.2. PT Astra International Tbk. (ASII) - Rp44,44 miliarASII juga menjadi pilihan investor asing dengan net buy yang cukup signifikan. Ini menunjukkan potensi bisnis dan keunggulan perusahaan tersebut.3. PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) - Rp30,58 miliarINDF juga menarik perhatian investor asing dengan net buy yang cukup besar. Hal ini menunjukkan kepercayaan investor asing terhadap industri makanan.4. PT XL Axiata Tbk. (EXCL) - Rp22,58 miliarEXCL menjadi saham yang menarik investor asing dengan net buy yang cukup signifikan. Ini menunjukkan perkembangan bisnis telekomunikasi tersebut.5. PT Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk. (BIPI) - Rp20,04 miliarBIPI menjadi saham pilihan investor asing dengan net buy yang cukup besar. Ini menunjukkan potensi bisnis infrastruktur tersebut.6. PT MD Entertainment Tbk. (FILM) - Rp19,22 miliarFILM menjadi saham yang menarik investor asing dengan net buy yang cukup signifikan. Ini menunjukkan perkembangan industri hiburan.7. PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) - Rp17,20 miliarBREN menjadi saham pilihan investor asing dengan net buy yang cukup besar. Ini menunjukkan potensi bisnis energi terbarukan.8. PT United Tractors Tbk. (UNTR) - Rp13,68 miliarUNTR menjadi saham yang menarik investor asing dengan net buy yang cukup signifikan. Ini menunjukkan perkembangan bisnis konstruksi dan peralatan.9. PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) - Rp6,80 miliarGGRM menjadi saham pilihan investor asing dengan net buy yang cukup besar. Ini menunjukkan kepercayaan investor asing terhadap industri gula.10. PT Petrosea Tbk. (PTRO) - Rp6,78 miliarPTRO menjadi saham yang menarik investor asing dengan net buy yang cukup signifikan. Ini menunjukkan potensi bisnis energi minyak dan gas.(mkh/mkh)Saksikan video di bawah ini:Video: IHSG Kembali Menguat, Balik ke Level 7.100-anNext ArticleIHSG Lanjut Menguat, Asing Kompak Serbu Saham Ini
See More
Bursa Asia Dibuka Beragam, Nikkei Naik, Kospi Bergerak Sedikit
2024-12-06
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia Pasifik telah membuka dengan berbagai kondisi saat memasuki sesi perdagangan terakhir minggu ini. Sentimen di pasar ini tampaknya relatif tenang, meskipun ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan pasar.

Perubahan Sentimen Pasar Asia dan Dampaknya

Gejolak Politik dan Dampaknya

Dampak pasar dari gejolak politik di Korea Selatan dan Prancis mulai mereda. Hal ini memberikan kesan yang positif pada pasar Asia Pasifik. Namun, kondisi tersebut masih memerlukan perhatian untuk memastikan stabilitas pasar.Para pelaku pasar perlu memantau perkembangan politik dengan seksama. Jika gejolak politik berlanjut atau terjadi perubahan yang tidak diantisipasi, dapat mempengaruhi sentimen pasar dan kinerja ekonomi.

Perubahan Nilai Dolar dan Dampaknya

Dolar turun 0,5% pada Kamis, yang merupakan tren ketiga berturut-turut. Hal ini memberikan kesempatan bagi pasar Asia Pasifik untuk berkembang. Namun, jika dolar melambat terlalu cepat, dapat mengakibatkan masalah bagi ekonomi Asia.Perubahan nilai dolar juga akan mempengaruhi impor dan eksport. Jika dolar turun, impor akan lebih murah, tetapi eksport akan lebih sulit. Hal ini perlu dipertimbangkan oleh para pelaku pasar.

Kinerja Pasar Asia Pasifik

Kospi dibuka lebih tinggi tetapi kehilangan momentum, turun 0,90% dan ditutup pada 2.441,85. Indeks Kosdaq juga melemah 0,92% menjadi 670,94. Indeks Nikkei 225 naik 0,30% dan ditutup pada 39.395,60, sementara Topix sedikit menguat 0,06% menjadi 2.742,24.Indeks Hang Seng Hong Kong turun 1,1% di akhir jam perdagangan, sedangkan indeks CSI 300 China daratan melemah 0,23% menjadi 3.921,58. Indeks S&P/ASX 200 naik tipis 0,1% dan berakhir di 8.471,10.Kinerja pasar Asia Pasifik ini menunjukkan perbedaan kondisi di berbagai pasar. Para pelaku pasar perlu memahami kondisi pasar masing-masing dan mengambil langkah-langkah yang tepat.

Perkiraan Ekonomi AS dan Dampaknya

Fed bagian Atlanta meningkatkan perkiraan model GDPNow untuk pertumbuhan Q4 menjadi 3,3%, angka yang mengesankan. Sementara pertumbuhan di Eropa, China, dan banyak ekonomi utama lainnya melambat, AS terus menunjukkan performa yang kuat.Ini menjadi pedang bermata dua bagi Asia. Di satu sisi, booming pasar AS dapat mengangkat pasar lain. Namun, jika ini meningkatkan dolar dan imbal hasil Treasury, kondisi keuangan global dapat mengetat dan modal akan mengalir ke AS.Para pelaku pasar perlu memantau perkembangan ekonomi AS dengan seksama. Jika pertumbuhan AS terlalu cepat, dapat mengakibatkan masalah bagi pasar Asia Pasifik.

Keputusan RBI dan Dampaknya

Para pelaku pasar di Asia juga menantikan keputusan Reserve Bank of India (RBI). Bank sentral ini diperkirakan akan mempertahankan suku bunga repo utama di 6,50%, setelah inflasi melonjak melewati ambang toleransi RBI sebesar 6% pada Oktober.Meskipun rupee berada di level terendah terhadap dolar, hasil obligasi acuan berada di level terendah hampir empat tahun, saham India tertinggal dibandingkan pasar regional lainnya, dan ekonomi tumbuh pada laju paling lambat dalam hampir dua tahun.Keputusan RBI akan mempengaruhi kondisi keuangan di India dan juga pasar Asia Pasifik secara luas. Para pelaku pasar perlu memantau perkembangan dengan seksama dan mengambil langkah-langkah yang tepat.
See More