Pasar
Investor Mendapatkan Rp446 Miliar Dividen dari PT Barito Renewables Energy Tbk
2024-12-06
PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) telah mengumumkan pembagian dividen interim yang cukup signifikan. Dividen interim sebesar Rp506,16 miliar akan diberikan kepada pemegang saham pada 13 Desember 2024 dengan nilai per saham Rp3,78. Pembayaran dividen interim akan dilakukan pada 20 Desember 2024. Hingga 31 Oktober 2024, kepemilikan saham BREN terbesar dimiliki oleh dua institusi, yaitu PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) dan Green Era Energy Pte Ltd (GE). BRPT akan mengantongi dividen interim senilai lebih kurang Rp327 miliar, sedangkan GE akan mendapatkan dividen interim sebesar Rp119 miliar. Selain melalui kedua entitas usaha tersebut, Prajogo juga akan menerima aliran dividen interim sebesar Rp453 juta dari kepemilikan saham langsung. Dari sisi kinerja, BREN mencatatkan laba bersih sebesar US$86,1 juta atau sekitar Rp1,35 triliun yang sedikit naik dibandingkan tahun 2023. Namun, dari sisi pendapatan, emiten energi terbarukan ini membukukan total sebesar US$441,3 juta hingga September 2024 yang sedikit menurun dari tahun sebelumnya. Beban pokok sebelum pajak juga meningkat menjadi US$132,8 juta dari sebelumnya US$128,2 juta.

Implikasi Pembagian Dividen Interim

Pembagian dividen interim ini memiliki dampak yang signifikan bagi pemegang saham BREN. Dividen tersebut merupakan keuntungan bagi para investor yang memiliki saham di perusahaan. Dengan pembagian dividen ini, pemegang saham dapat mendapatkan keuntungan tambahan dan meningkatkan nilai investasi mereka. Selain itu, pembagian dividen juga menunjukkan kinerja yang baik dari perusahaan dan memberikan kepercayaan kepada investor. BREN telah berhasil memberikan dividen yang cukup besar, yang menunjukkan kepekaan perusahaan dalam mengelola keuangan dan memberikan keuntungan bagi pemegang saham.

Peran PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) dan Green Era Energy Pte Ltd. (GE)

PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) dan Green Era Energy Pte Ltd. (GE) merupakan dua institusi yang memiliki kepemilikan saham terbesar di BREN. BRPT memiliki 86.514.146.666 saham atau 64,66% dari total saham, sedangkan GE memiliki 31.577.660.000 saham atau 23,6% dari total saham. Peran kedua institusi ini sangat penting dalam pengelolaan saham dan pengembangan perusahaan. Mereka memiliki pengaruh yang signifikan dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangan perusahaan. Dengan kepemilikan saham yang besar, kedua institusi ini dapat memberikan sumbangan penting dalam pengembangan bisnis BREN dan meningkatkan nilai saham perusahaan.

Kinerja dan Pendapatan BREN

BREN telah mencatatkan kinerja yang cukup baik dengan laba bersih sebesar US$86,1 juta atau sekitar Rp1,35 triliun. Namun,尽管 pendapatan perusahaan sedikit menurun dari tahun sebelumnya, yaitu dari US$445,3 juta menjadi US$441,3 juta hingga September 2024. Beban pokok sebelum pajak juga meningkat menjadi US$132,8 juta dari sebelumnya US$128,2 juta. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan masih harus berusaha untuk meningkatkan pendapatan dan mengurangi beban pokok. Namun, kinerja yang baik tersebut menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola keuangan dan mengoptimalkan hasil operasional.
Jelang Pengumuman Cadangan, Dolar di Rp15.855/US$ Tidak Berubah
2024-12-06
Jakarta, CNBC Indonesia - Pada awal pengumuman cadangan devisa oleh Bank Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terbuka dalam keadaan stagnan. Menurut data Refinitiv pada perdagangan Jumat (12/6/2024), dolar mula-mula dibuka di Rp15.855/US$, sama seperti sebelumnya. Namun, sesaat setelahnya pada pukul 9.03 WIB, dolar AS mengalami penurunan sebesar 0,16% dan tercatat di Rp15.830/US$.

Pergerakan Rupiah dan Dampak Data

Hari ini, pergerakan rupiah akan sangat dipengaruhi oleh rilis data cadangan devisa RI. Selain itu, juga harus menghadapi tantangan dari rilis data tenaga kerja AS. Sebelumnya, BI telah melaporkan bahwa posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Oktober 2024 mencapai US$ 151,2 miliar. Realisasi ini lebih tinggi dari sebelumnya yaitu US$ 149,9 miliar, dengan kenaikan sebesar US$ 1,3 miliar. Peningkatan posisi cadangan devisa ini disebabkan oleh penerimaan pajak dan jasa serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah. Data tersebut menunjukkan bahwa cadangan devisa setara dengan pembiayaan 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, dan berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menganggap bahwa cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.Pada sisi lain, dari sudut pandang eksternal, pelaku pasar perlu mengantisipasi Pidato Powell yang menyatakan bahwa ekonomi AS masih kuat dan pasar saat ini beralih menantikan data lebih lanjut terkait data payroll dan tingkat pengangguran negeri Paman Sam. Sebelumnya, Ketua The Fed Jerome Powell menyatakan bahwa perekonomian AS saat ini lebih kuat daripada yang diperkirakan bank sentral pada September lalu ketika mulai menurunkan suku bunga. Ia juga memberikan sinyal bahwa ia mendukung langkah yang lebih hati-hati dalam pemotongan suku bunga ke depan.Sementara terkait data pasar tenaga kerja, ekonomi AS hanya menambah 12 ribu pekerjaan pada Oktober 2024, jauh di bawah 223 ribu yang direvisi turun pada September dan perkiraan 113 ribu. Angka ini merupakan pertumbuhan pekerjaan terendah sejak Desember 2020 ketika 243 ribu pekerjaan hilang karena dampak pemogokan di Boeing. Adapun tingkat pengangguran di AS berada di angka 4,1% pada bulan Oktober 2024, tidak berubah dari level terendah dalam tiga bulan pada bulan sebelumnya, dan sejalan dengan ekspektasi pasar. Jumlah pengangguran secara umum tidak berubah di angka 7 juta. Di antara mereka yang tidak memiliki pekerjaan, mereka yang kehilangan pekerjaan tetap sedikit naik menjadi 1,8 juta, sementara PHK sementara hanya sedikit berubah di angka 846 ribu. Pada gilirannya, pengangguran jangka panjang hanya sedikit berubah dari bulan sebelumnya di angka 1,6 juta. Sementara itu, tingkat partisipasi angkatan kerja turun 0,1 poin persentase menjadi 62,6%.CNBC INDONESIA RESEARCH(ras/ras)Saksikan video di bawah ini:Video: IHSG Ambruk Hingga Rupiah Nyaris Tembus Rp 16.000/USDNext ArticleRI Diramal Surplus Dagang, Dolar AS Turun ke Rp 16.130
See More
Banjir Pasokan Membuat Harga Minyak Mentah Turun
2024-12-06
Di Jakarta, CNBC Indonesia, perubahan harga minyak mentah dunia menjadi topik menarik. Saat ini, harga minyak mentah dunia mengalami penurunan akibat sentimen prospek pasokan yang melimpah untuk tahun depan meskipun OPEC+ menunda peningkatan produksi hingga April 2025.

Impak dari Keputusan OPEC+

Data Refinitiv menunjukkan bahwa harga minyak mentah acuan Brent pada perdagangan Kamis (5/12/2024) tercatat US$72,9 per barel, turun 0,3% dari sebelumnya. Sementara acuan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) di US$68,3 per barel, turun 0,35%. OPEC+, yang mencakup negara-negara pengekspor minyak utama seperti Rusia, sebelumnya berencana mulai mengurangi pemotongan produksi pada Oktober 2024. Namun, permintaan global yang melambat dan produksi yang meningkat di luar kelompok itu memaksa penundaan rencana tersebut beberapa kali. Kelompok ini memutuskan untuk mulai mengurangi pemotongan produksi sebesar 2,2 juta barel per hari (bpd) pada April 2025, dengan kenaikan bertahap sebesar 138.000 bpd per bulan selama 18 bulan hingga September 2026. Saat ini, OPEC+ menyumbang sekitar setengah dari produksi minyak dunia.

Keputusan ini memberikan sinyal konstruktif ke pasar dan kemungkinan mencegah penurunan harga dalam jangka pendek, kata Mukesh Sahdev, kepala pasar komoditas global di Rystad Energy. Namun, para analis mencatat bahwa prospek pasokan yang melimpah untuk 2025 dapat mengimbangi dampak positif dari keputusan OPEC+ ini. Pasar menghadapi surplus. Tidak ada kekurangan minyak, dan tidak ada tanda-tanda kuat yang mendorong kenaikan harga, ujar Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Minyak

Pelemahan harga minyak mentah dunia tertahan oleh Dolar AS yang melemah pada Kamis memberikan sedikit dukungan ke pasar minyak. Harapan bahwa Federal Reserve akan menurunkan suku bunga bulan ini juga dapat lebih melemahkan dolar dan mendukung pasar minyak, menurut Alex Hodes, analis energi di StoneX. Dolar yang kuat biasanya membuat minyak yang dihargai dalam dolar lebih mahal bagi investor dengan mata uang lain, sehingga menekan permintaan.

Contohnya, ketika dolar melemah, minyak yang dihargai dalam dolar menjadi lebih murah bagi investor di luar AS. Ini dapat meningkatkan permintaan minyak dan memberikan sedikit dukungan harga. Namun, jika dolar kembali kuat, maka harga minyak mungkin kembali menurun.

See More