Uang
Berapa Pentingnya Perencanaan Keuangan? Lihat Fakta-fakta di Sini!
2024-12-12
Perancangan keuangan merupakan kunci penting bagi setiap individu dalam mencapai kemerdekaan finansial. Dalam sebuah acara yang diadakan di Auditorium Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI), CNBC Indonesia dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memberikan wawasan dan edukasi terkait keuangan.

Pelatihan Keuangan yang Mempengaruhi Masa Depan

Importansi Perancangan Keuangan

Perancangan keuangan menjadi kunci dalam mencapai kemerdekaan finansial. Dalam acara tersebut, Direktur Eksekutif Sumber Daya Manusia dan Administrasi LPS, Rudi Rahman, menjelaskan pentingnya masyarakat mengetahui profil risiko sebelum memutuskan untuk menabung atau berinvestasi. Menabung dan berinvestasi dapat meningkatkan kesejahteraan finansial seseorang. Tabungan adalah porsi pendapatan yang tidak habis dikonsumsi dan lebih ditujukan untuk berjaga-jaga. Sedangkan, investasi adalah pembelian aset untuk meningkatkan pendapatan pada masa depan dengan tujuan mendapatkan imbal hasil.Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menghadapi pilihan antara menabung dan berinvestasi. Namun, sebelum mengambil langkah tersebut, kita perlu memiliki pemahaman yang baik tentang keuangan. Dengan mengetahui ciri-ciri tabungan dan investasi, kita dapat membuat keputusan yang lebih bijak.

Pengalaman Felicya Angelista dalam Menghadapi Tujuan Finansial

Felicya Angelista, seorang artis dan pengusaha, berbagi pengalamannya dalam mencapai tujuan finansial. Dia mengakui bahwa perencanaan keuangan adalah hal yang penting untuk menjaga finansial tetap stabil dan aman dalam jangka panjang. Mengatur keuangan bukanlah hal yang mudah, karena keinginan biasanya lebih kuat daripada kebutuhan. Namun, dengan konsistensi dalam mengatur keuangan, baik dalam jumlah besar maupun kecil, kita dapat mencapai tujuan kita.Felicya juga menegaskan pentingnya mengetahui prioritas dalam mengatur keuangan. Kita harus meninggalkan hal-hal yang impulsif dan mengutamakan kebutuhan keuangan yang prioritas. Dengan demikian, kita dapat mengelola keuangan kita dengan lebih baik dan mencapai tujuan finansial yang kita impikan.

K状况 Literasi Keuangan di Indonesia

Ayyi Achmad Hidayah, Financial Expert CNBC Indonesia, mengungkapkan bahwa angka literasi keuangan di Indonesia tergolong rendah jika dibandingkan dengan negara maju. Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2024 menunjukkan indeks literasi keuangan penduduk Indonesia sebesar 65,43%. Sedangkan, indeks inklusi keuangan sebesar 75,02%.Ini mengingat, indeks literasi keuangan di negara maju rata-rata di atas 90%. Singapura dan Jepang, misalnya, sudah mencapai indeks 98%. Hal ini menunjukkan bahwa kita masih memiliki banyak ruang untuk meningkatkan literasi keuangan di kalangan masyarakat.Ayyi melanjutkan, capaian angka inklusi keuangan di Indonesia sebenarnya sudah bagus. Namun, diperlukan pengembangan dan perbaikan literasi keuangan agar masyarakat dapat membuat keputusan yang lebih bijak dalam membeli produk keuangan.Ketika seseorang membeli produk keuangan, baik dalam bentuk investasi maupun asuransi, seharusnya memperhatikan karakteristiknya terlebih dahulu. Pembelian produk keuangan secara asal-asalan akan mengakibatkan kerugian. Oleh karena itu, masyarakat perlu mendapat edukasi ketika hendak membeli suatu produk keuangan untuk memastikan kondisi finansial tetap stabil.Ayyi pun menegaskan, tidak ada kata terlambat bagi tiap orang untuk belajar dan berinvestasi sebagaimana sesuai dengan profil risiko masing-masing.
Indeks Literasi dan Inklusi Keuangan di Indonesia: Analisis dan Implikasi
2024-12-12
Jakarta, CNBC Indonesia - Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2024 menunjukan bahwa indeks literasi keuangan penduduk Indonesia mencapai 65,43%. Sementara itu, indeks inklusi keuangan sebesar 75,02%.

Perkembangan Literasi dan Inklusi Keuangan di Indonesia

Perspektif 1: Perbandingan dengan Negara Maju

Financial Expert CNBC Indonesia, Ayyi Achmad Hidayah menjelaskan bahwa angka tersebut tergolong masih rendah jika dibandingkan dengan negara maju. Hal ini dikarenakan indeks literasi keuangan di negara maju rata-rata di atas 90%. Misalnya, Singapura sudah mencapai 98% dan Jepang juga 98%. Ini menunjukkan bahwa kita masih memiliki jarak yang cukup jauh untuk mencapai tingkat literasi keuangan yang tinggi seperti di negara-negara tersebut.Dalam acara Kelas Cuan Goes To Campus bersama Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) bertema "Keuangan Terencana Masa Depan Terlaksana" di Auditorium Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI), Kamis (14/11/2024), Ayyi mengungkapkan hal tersebut. Dia mengatakan, "Literasi kita tuh masih di sekitar 65%, jadi sebenarnya masih cukup rendah. Kalau untuk negara-negara maju, rata-rata sudah di atas 90%, Singapura itu sudah 98%, Jepang itu sudah 98%, jadi itu rata-rata sudah di atas 90%."

Perspektif 2: Kondisi Inklusi Keuangan di Indonesia

Meskipun demikian, menurut Ayyi, capaian angka inklusi keuangan di Indonesia sebenarnya sudah bagus. Namun, perlu ada pengembangan dan perbaikan terkait literasinya. Sebab, beberapa orang membeli produk keuangan hanya berdasarkan ajakan rekan atau ikut-ikutan saja. Mereka tidak memiliki literasi yang baik sehingga mungkin hanya mengikuti tren tanpa memahami dengan baik produk yang mereka beli.Contohnya, anak-anak Gen Z dan milenial seringkali hanya melakukan satu investasi kripto atau satu investasi saham saja. Mereka tidak mempertimbangkan karakteristik produk keuangan secara seksama. Padahal, ketika seseorang membeli produk keuangan baik dalam bentuk investasi maupun asuransi, seharusnya memperhatikan karakteristiknya terlebih dahulu. Karena jika membeli secara asal-asalan, akan mengakibatkan kerugian.

Importansi Pendidikan Finansial

Untuk itu, masyarakat perlu mendapatkan edukasi ketika hendak membeli suatu produk keuangan. Tujuannya adalah untuk memastikan kondisi finansial tetap stabil secara jangka panjang. Ayyi pun menegaskan bahwa tidak ada kata terlambat bagi tiap orang untuk belajar maupun berinvestasi asalkan sesuai dengan profil risiko masing-masing.Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang harus memiliki pemahaman yang baik tentang keuangan. Mereka harus mengetahui bagaimana cara mengelola uang, bagaimana memilih produk keuangan yang tepat, dan bagaimana menghindari kerugian. Dengan pendidikan finansial yang baik, orang dapat membuat keputusan yang lebih bijak dan mengelola keuangan mereka dengan lebih baik.Dalam rangka meningkatkan literasi keuangan di masyarakat, berbagai lembaga dan instansi harus berkolaborasi. Mereka harus memberikan edukasi finansial yang baik kepada masyarakat melalui berbagai media seperti seminar, pelatihan, dan edukasi online. Dengan demikian, masyarakat dapat memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang keuangan dan dapat membuat keputusan yang lebih bijak.
See More
LPS Memberitahu Pentingnya Menabung dan Berinvestasi
2024-12-12
Di Jakarta, CNBC Indonesia, masyarakat memiliki pilihan antara menabung dan berinvestasi untuk meningkatkan kesejahteraan finansial mereka. Namun, perlu lebih memahami ciri-ciri kedua itu. Direktur Eksekutif Sumber Daya Manusia dan Administrasi LPS, Rudi Rahman, menjelaskan bahwa tabungan adalah bagian pendapatan yang tidak habis dikonsumsi dan lebih untuk berjaga-jaga. Sedangkan, investasi adalah pembelian aset untuk meningkatkan pendapatan di masa depan dengan tujuan mendapatkan imbal hasil.

Pilihan Keuangan: Menabung dan Berinvestasi

Bank dan Produk Keuangan

Menabung dapat dilakukan melalui bank konvensional maupun bank syariah. Bank konvensional memiliki berbagai produk keuangan seperti giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan, dan lainnya. Untuk bank syariah, ada produk seperti giro wadiah dan giro mudharabah, tabungan wadiah dan tabungan mudharabah, deposito mudharabah, dan simpanan lainnya yang ditetapkan LPS. LPS juga mengingatkan masyarakat untuk memperhatikan syarat penjaminan simpanan saat menabung, seperti transaksi harus tercatat dalam pembukuan bank, tingkat bunga tidak melebihi LPS, dan tidak ada fraud. Simpanan masyarakat di bank akan mendapatkan jaminan hingga Rp 2 miliar per nasabah per bank.

Profil Risiko dalam Berinvestasi

Ada tiga tipe profil risiko dalam berinvestasi. Profil konservatif memiliki sedikit toleransi terhadap risiko investasi. Profil moderat sudah mulai bisa menerima kerugian dan tahu cara berinvestasi. Profil agresif sangat paham dan berpengalaman serta berani mengambil risiko. Masyarakat harus memilih produk investasi sesuai dengan profil risikonya, seperti aset fisik seperti properti, emas batangan, barang koleksi, dan lain-lain. Investasi pada aset keuangan dapat melalui pembelian saham, obligasi, dan reksadana. Aset tak berwujud seperti paten/HAKI, franchise, dan merek dagang juga dapat diinvestasikan. Masyarakat juga bisa berinvestasi pada aset digital seperti non-fungible tokens (NFT), cryptocurrency, website platform, dan lain-lain.

Hindari Investasi Ilegal

LPS menghimbau masyarakat untuk menghindari tawaran investasi ilegal. Ciri-ciri investasi ilegal adalah menjanjikan keuntungan besar dalam waktu singkat dengan risiko rendah, sering menjanjikan bonus dari perekrutan anggota baru secara agresif, dan legalitas izinnya dipertanyakan. Masyarakat harus menggunakan akal sehat dan tidak mudah terpengaruh ajakan public figure untuk menghindari bahaya investasi ilegal. “Jadi (ketika) kita melakukan investasi, cek saja, literasi keuangan kita sudah cukup baik, kemampuan inklusinya cukup baik, ya sekarang tinggal cek perusahaannya melalui OJK,” kata Rudi.
See More