Seorang petapa asal Iran, dikenal dengan nama Amou Haji, mendapatkan julukan "Pria Terjorok di Dunia" karena kehidupannya yang terisolasi dan penolakan terhadap praktik kebersihan selama 60 tahun. Tinggal di Provinsi Fars, Amou Haji menolak mandi dan mengadopsi gaya hidup unik yang mencakup konsumsi makanan tidak biasa dan merokok berlebihan. Meskipun akhirnya dia setuju untuk dimandikan oleh penduduk desa, nasib tragis mengakhiri hidupnya tak lama setelah itu.
Amou Haji memilih untuk menjauhkan diri dari kebiasaan modern, khususnya praktek kebersihan, karena khawatir akan membahayakan kesehatannya. Dia tinggal di antara lubang tanah dan gubuk batu bata sederhana, menjalani kehidupan yang sangat minimalis. Penduduk desa mencoba beberapa kali untuk memandikannya tetapi selalu ditolak.
Saat masih muda, Amou Haji mengalami kemunduran emosional yang membuatnya menolak untuk mandi. Seiring waktu, dia mulai percaya bahwa sabun dan air dapat menyebabkan penyakit. Selain itu, dia juga mengonsumsi makanan tidak lazim seperti bangkai hewan dan merokok dengan cara yang tidak biasa, yakni menghisap lebih dari satu batang rokok sekaligus. Gaya hidup ini dipertahankan selama lebih dari setengah abad, mengejutkan banyak orang yang mendengar ceritanya.
Masyarakat setempat akhirnya berhasil meyakinkan Amou Haji untuk menerima bantuan dalam hal kebersihan. Namun, perubahan ini datang dengan konsekuensi yang tidak terduga. Setelah bertahun-tahun hidup dalam kondisi yang ekstrem, Amou Haji mengalami sakit parah beberapa bulan setelah pertama kali mandi.
Kulitnya yang tertutup jelaga dan nanah menjadi masalah serius setelah bertahun-tahun tidak mandi. Walaupun dia akhirnya menyerah dan mau dimandikan oleh penduduk desa, tekanan sosial dan perubahan drastis dalam rutinitasnya tampaknya memberikan dampak negatif pada kesehatannya. Pada usia 94 tahun, Amou Haji meninggal dunia, meninggalkan cerita hidup yang unik dan memprihatinkan.
Universitas-universitas di Asia terus menunjukkan peningkatan kualitas pendidikan dan penelitian. Berdasarkan pemeringkatan yang dirilis oleh Times Higher Education (THE) pada akhir April 2024, sejumlah institusi pendidikan berhasil mempertahankan peringkat mereka dari tahun sebelumnya. Daftar "Best Universities in Asia 2024" mencakup lebih dari 600 perguruan tinggi dari 31 wilayah di benua Asia.
Lembaga-lembaga pendidikan tertua dan paling bergengsi di Asia mendominasi posisi teratas dalam daftar ini. Dari lima besar universitas terbaik, China menjadi negara dengan jumlah universitas terbanyak yang masuk ke dalam jajaran tersebut. Tsinghua University dan Peking University dari China, serta National University of Singapore dari Singapura, mampu mempertahankan posisi mereka dari tahun lalu. Selain itu, dua universitas dari Singapura berhasil meraih posisi di lima besar, menjadikan Singapura sebagai satu-satunya negara Asia Tenggara yang masuk ke dalam 10 besar.
Pemeringkatan ini didasarkan pada 18 indikator kinerja yang mencakup berbagai aspek seperti pengajaran, penelitian, perspektif internasional, dan kolaborasi industri. Negara-negara seperti Jepang, India, dan China menunjukkan dominasi mereka dalam menyediakan institusi pendidikan berkualitas tinggi. Meskipun demikian, pencapaian ini menginspirasi lembaga pendidikan lain untuk terus meningkatkan standar dan kualitas mereka demi masa depan pendidikan yang lebih baik di seluruh Asia.