Gaya Hidup
Pembersihan Karang Gigi Melalui Program BPJS Kesehatan
2025-02-12

Dalam dunia perawatan kesehatan gigi, penumpukan karang gigi dapat menjadi ancaman serius bagi kesehatan mulut. Akumulasi plak yang berubah menjadi karang gigi memerlukan intervensi medis profesional untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada gigi dan gusi. Untuk mengatasi masalah ini, prosedur pembersihan gigi atau scaling menjadi solusi efektif. Namun, biaya yang cukup tinggi untuk layanan ini di klinik swasta bisa menjadi beban bagi banyak orang.

BPJS Kesehatan menawarkan alternatif yang lebih terjangkau bagi masyarakat. Layanan scaling gigi tersedia secara gratis melalui program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS). Namun, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar dapat memanfaatkan fasilitas ini. Pertama-tama, indikasi medis menjadi faktor utama dalam persetujuan layanan. Scaling gigi hanya ditanggung oleh BPJS Kesehatan jika diperlukan untuk alasan medis, bukan estetika. Misalnya, kasus gingivitis akut dapat diobati dengan scaling gigi yang dibayarkan oleh BPJS Kesehatan setiap dua tahun sekali.

Berbagai langkah telah disediakan untuk memudahkan peserta BPJS Kesehatan mendapatkan layanan ini. Peserta pertama kali harus mengunjungi fasilitas kesehatan tingkat pertama seperti Puskesmas atau klinik, membawa kartu BPJS Kesehatan yang masih aktif. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan awal. Jika ditemukan indikasi medis, pembersihan karang gigi dapat dilakukan secara gratis. Jika kondisi memerlukan tindakan lebih lanjut, pasien akan dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi.

Melalui program ini, BPJS Kesehatan tidak hanya memberikan akses kepada layanan kesehatan gigi yang penting, tetapi juga menekankan pentingnya perawatan gigi sebagai bagian dari gaya hidup sehat. Dengan adanya dukungan finansial, masyarakat dapat menjaga kesehatan gigi mereka tanpa khawatir tentang beban biaya. Ini mencerminkan komitmen pemerintah untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui layanan kesehatan yang inklusif dan terjangkau.

Pengungkapan Mengerikan: Ratusan Wanita Jadi Korban Perdagangan Sel Telur di Georgia
2025-02-12

Dalam sebuah kasus yang menggemparkan, sekitar 100 wanita telah menjadi korban jaringan perdagangan manusia di Georgia. Para wanita ini diperlakukan sebagai "ternak" untuk ekstraksi sel telur mereka yang kemudian dijual di pasar gelap. Penyelidikan polisi saat ini fokus pada sindikat asal China yang diduga memimpin operasi ini. Tiga wanita Thailand berhasil melarikan diri dan membuka akses ke pengetahuan tentang kondisi mengerikan yang mereka alami selama setengah tahun. Awalnya, mereka tertarik dengan tawaran pekerjaan surrogasi yang menjanjikan gaji tinggi, namun nyatanya mereka terjebak dalam situasi eksploitasi tanpa kompensasi.

Korban Terperdaya oleh Janji Pekerjaan Surrogasi

Tiga wanita Thailand yang berhasil kabur mengungkapkan bahwa awalnya mereka tertarik dengan lowongan pekerjaan yang disebarkan melalui media sosial. Mereka dibujuk dengan janji gaji fantastis untuk bekerja sebagai ibu pengganti bagi pasangan Georgia. Namun, begitu mereka tiba di Georgia, realitas yang berbeda menanti. Di sana, mereka ditempatkan bersama ratusan wanita lain dalam rumah-rumah besar, dimana mereka disuntik hormon dan dipaksa menyerahkan sel telurnya.

Para korban menjalani hidup yang penuh penderitaan selama setengah tahun. Mereka diberi hormon untuk merangsang produksi sel telur dan dipaksa menyerahkan sel telurnya setiap bulan. Beberapa wanita bahkan tidak mendapatkan kompensasi atas ekstraksi tersebut. Situasi ini semakin sulit karena mereka harus membayar uang tebusan jika ingin keluar dari tempat itu. Yayasan Pavena, yang bekerja sama dengan Interpol, berhasil membebaskan tiga wanita Thailand setelah membayar tebusan. Namun, masih banyak korban yang belum dapat diselamatkan.

Penyelidikan dan Upaya Penyelamatan Berlanjut

Kasus ini telah memicu penyelidikan intensif oleh pihak berwenang Thailand dan Interpol. Polisi sedang menyelidiki sindikat kriminal yang diduga dipimpin oleh kelompok asal China. Sel telur yang dikumpulkan dari para korban diduga diperdagangkan di negara lain untuk digunakan dalam prosedur fertilisasi in-vitro (IVF). Keberanian tiga wanita yang melarikan diri telah membuka pintu bagi upaya penyelamatan lebih lanjut.

Yayasan Pavena dan Interpol terus bekerja sama untuk membebaskan lebih banyak korban. Mereka berharap dapat mengidentifikasi dan menyelamatkan lebih banyak wanita yang masih ditahan di "peternakan manusia". Kepolisian Thailand juga telah memulai penyelidikan dan mencari informasi lebih lanjut tentang jaringan ini. Dengan peningkatan kesadaran publik dan kerjasama internasional, diharapkan lebih banyak korban dapat diselamatkan dan pelaku dapat diadili sesuai hukum.

See More
Praktik Kontroversial: Konsumsi Daging Anjing di Beberapa Negara Asia
2025-02-12

Dalam beberapa wilayah dunia, terutama di benua Asia, konsumsi daging anjing masih menjadi praktik yang umum. Meski telah ada upaya untuk melarangnya, kebiasaan ini tetap berlangsung di sejumlah negara. Organisasi kesehatan global memperingatkan risiko kesehatan yang ditimbulkan oleh perdagangan dan konsumsi daging anjing. Di sisi lain, perubahan hukum dan kesadaran masyarakat mulai membuka jalan menuju penyelesaian masalah ini.

Penyebaran dan Tradisi Konsumsi Daging Anjing di Asia

Kebiasaan mengonsumsi daging anjing telah berlangsung ribuan tahun di beberapa negara Asia. Praktik ini paling umum ditemukan di China, Vietnam, Korea Selatan, dan beberapa negara lainnya. Di China, konsumsi daging anjing mencapai angka 10 juta ekor setiap tahunnya. Festival Yulin di Guangxi menjadi simbol kontroversial dari tradisi ini. Di Vietnam, daging anjing dipercaya memiliki manfaat kesehatan dan membawa keberuntungan. Metode penyembelihan yang digunakan seringkali inhumane, menambah kontroversi di sekitar praktik ini.

Berbagai bagian tubuh anjing dimanfaatkan dalam hidangan seperti semur, sup, dan tusuk sate di Vietnam. Sementara itu, di Korea Selatan, anjing dibunuh dengan cara disetrum. Di negara-negara lain, metode yang digunakan termasuk dipukul atau digantung. Di Filipina, daging anjing menjadi bahan utama asocena. Meskipun demikian, negara-negara seperti Taiwan dan Hong Kong telah melarang praktik ini secara resmi, dengan denda besar bagi pelanggar.

Upaya Hukum dan Kesehatan Masyarakat

Pemerintah dan organisasi kesehatan global semakin sadar akan risiko yang ditimbulkan oleh konsumsi daging anjing. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan tentang potensi penularan penyakit seperti trichinellosis, kolera, dan rabies. Di Indonesia, meskipun tidak termasuk dalam daftar teratas, sekitar lima persen populasi masih mengonsumsi daging anjing. Perdagangan ini dianggap berbahaya karena tingkat infeksi rabies yang tinggi dan kondisi sanitasi yang buruk.

Negara-negara seperti Shenzhen dan Zhuhai di China telah melarang konsumsi daging anjing dan kucing, serta mengubah status anjing menjadi hewan pendamping. Di Taiwan, undang-undang melarang perdagangan dan konsumsi daging anjing dan kucing diberlakukan pada tahun 2017. Pelanggar dapat dikenakan denda besar dan hukuman penjara. Langkah-langkah hukum ini bertujuan untuk mengakhiri praktik inhumane dan menjaga kesehatan publik. Upaya ini juga didukung oleh kampanye kesadaran masyarakat untuk mengubah pandangan tentang anjing sebagai hewan peliharaan dan bukan sebagai sumber makanan.

See More