Dalam beberapa hari terakhir, banyak penduduk Indonesia berbondong-bondong ke pusat penukaran mata uang di Jakarta. Fenomena ini terjadi seiring dengan penurunan nilai rupiah terhadap dolar AS yang mencapai titik tertinggi hingga Rp 16.590. Berbagai money changer di wilayah Jakarta Selatan telah menetapkan harga jual dolar AS antara Rp 16.510 hingga Rp 16.560. Situasi ini mendorong banyak individu untuk memanfaatkan momen tersebut dengan menukar simpanan dolar mereka.
Banyak warga mulai mengambil tindakan bahkan ketika nilai dolar masih berada di kisaran Rp 16.300. Salah satu petugas money changer menjelaskan bahwa lonjakan aktivitas penukaran ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti persiapan bulan suci Ramadhan. Menjelang bulan puasa, permintaan akan rupiah meningkat karena kebutuhan finansial yang lebih besar. Selain itu, perusahaan-perusahaan juga ikut serta dalam penjualan dolar AS sebagai strategi pengelolaan keuangan mereka. Mereka cenderung melakukan transaksi pada saat nilai mata uang menguntungkan.
Lonjakan aktivitas penukaran mata uang ini mencerminkan respons masyarakat terhadap fluktuasi ekonomi global dan lokal. Fenomena ini menunjukkan betapa pentingnya bagi individu dan perusahaan untuk tetap waspada dan proaktif dalam mengelola aset mereka. Dengan demikian, masyarakat dapat memanfaatkan peluang ekonomi yang ada sambil mempersiapkan diri untuk tantangan-tantangan mendatang. Ini bukan hanya tentang merespons perubahan nilai tukar, tetapi juga tentang membuat keputusan finansial yang bijaksana dan bertanggung jawab.
Di awal perdagangan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami kenaikan signifikan hingga 3,1%, mencapai level 6.465,21. Kinerja positif ini didukung oleh lima saham yang menunjukkan performa luar biasa. Pertama, salah satu perusahaan dari grup Sinar Mas berhasil memperoleh peningkatan nilai saham sebesar 3,56%. Selanjutnya, sebuah emiten yang dikenal dengan kepemilikan Prajogo Pangestu juga mencatatkan peningkatan sebesar 9,7%. Tidak ketinggalan, tiga saham lainnya juga berkontribusi besar dalam mendorong IHSG. Perusahaan energi, real estat, dan sumber daya alam masing-masing mencatatkan kenaikan antara 1,17% hingga 7,38%, memberikan dorongan kuat bagi indeks.
Bursa Efek Indonesia (BEI) telah merencanakan pertemuan penting dengan pelaku pasar untuk membahas tekanan terhadap IHSG yang terjadi akhir-akhir ini. Acara tersebut dijadwalkan berlangsung pada hari Senin di Main Hall BEI, Jakarta, dan akan dipandu oleh BEI bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Direktur Utama BEI, Iman Rachman, menegaskan bahwa pihaknya tidak akan diam menghadapi situasi ini. Mereka akan mendiskusikan langkah-langkah strategis yang dapat diambil dalam jangka pendek, termasuk kebijakan short selling, untuk menjaga stabilitas pasar. Tujuan utamanya adalah untuk menyampaikan kabar positif kepada investor asing agar tetap percaya pada pasar modal Indonesia.
Peningkatan IHSG yang signifikan ini menunjukkan dinamika positif di pasar modal Indonesia. Langkah-langkah proaktif yang diambil oleh BEI dan OJK menegaskan komitmen mereka untuk mempertahankan kepercayaan investor dan menjaga stabilitas ekonomi. Dengan demikian, upaya ini tidak hanya mendukung pertumbuhan ekonomi nasional tetapi juga memperkuat posisi Indonesia sebagai tujuan investasi yang menjanjikan.
Berdasarkan laporan terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi penurunan harga konsumen atau deflasi sebesar 0,48% pada bulan Februari 2025. Indeks harga konsumen (IHK) turun dari 105,99 pada Januari menjadi 105,48 pada Februari. Deflasi ini juga mencakup perbandingan tahunan dan tahun kalender dengan persentase masing-masing -0,09% dan -1,24%. Penyebab utama deflasi adalah diskon tarif listrik dan penurunan harga beberapa komoditas pangan.
Penurunan harga konsumen pada bulan Februari dipengaruhi oleh beberapa faktor signifikan. Salah satu penyumbang terbesar adalah penurunan harga dalam kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga. Diskon tarif listrik menjadi faktor dominan yang berkontribusi terhadap deflasi. Selain itu, penurunan harga beberapa jenis pangan seperti daging ayam ras, bawang merah, dan cabai merah juga memberikan andil penting.
Secara lebih rinci, diskon tarif listrik menyumbang penurunan sebesar 0,67% terhadap deflasi bulanan. Kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga mengalami deflasi hingga 3,59%, yang berkontribusi sebesar 0,52% terhadap deflasi keseluruhan. Penurunan harga daging ayam ras turun sehingga memberikan andil deflasi 0,06%, sementara bawang merah dan cabai merah masing-masing memberikan andil deflasi 0,05% dan 0,04%. Meskipun ada kenaikan harga untuk beberapa komoditas lainnya, seperti tarif air minum PAM, emas perhiasan, dan bensin, namun dampaknya tidak cukup signifikan untuk mengimbangi deflasi yang terjadi.
Deflasi yang terjadi tidak hanya mempengaruhi kelompok perumahan dan energi tetapi juga berdampak pada beberapa kelompok pengeluaran lainnya. Secara year-on-year, deflasi mencapai 0,09% karena adanya penurunan indeks pada beberapa kelompok pengeluaran. Namun, beberapa kelompok pengeluaran justru mengalami kenaikan indeks, menunjukkan variasi dalam pola konsumsi masyarakat.
Kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga mengalami penurunan indeks sebesar 12,08%, sedangkan kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan turun 0,26%. Di sisi lain, beberapa kelompok pengeluaran mengalami kenaikan indeks, antara lain makanan, minuman, dan tembakau (2,25%), pakaian dan alas kaki (1,18%), perlengkapan dan pemeliharaan rutin rumah tangga (1,02%), kesehatan (1,79%), transportasi (0,94%), rekreasi dan olahraga (1,14%), pendidikan (2,04%), penyediaan makanan dan minuman/restoran (2,47%), serta perawatan pribadi dan jasa lainnya (8,43%). Variasi ini mencerminkan kompleksitas ekonomi Indonesia dan respons pasar terhadap berbagai faktor eksternal dan internal.