Volkswagen T-Cross, một trong những mẫu xe Đức được ưa chuộng, đang gặp khó khăn về giá cả và thanh khoản tại thị trường Việt Nam. Dù thuộc phân khúc B-SUV, mẫu xe này có giá cao hơn nhiều so với các đối thủ Nhật Bản và Hàn Quốc cùng loại. Điều này đặt ra câu hỏi về vị trí và tương lai của Volkswagen T-Cross trong lòng người tiêu dùng Việt.
Mức giá cao là rào cản lớn cho việc tiếp cận mẫu xe này. Một chiếc T-Cross phiên bản Luxury mới chỉ đi khoảng 1.000km được chào bán với giá 799 triệu đồng, ngang bằng với giá mua mới của SUV hạng C như Mazda CX-5 hay Ford Territory. Mặc dù có sự giảm giá đáng kể từ đại lý, nhưng chủ sở hữu vẫn phải chi trả khoảng 1,149 tỷ đồng để lăn bánh, khiến xe mất giá tới 350 triệu đồng sau khi sử dụng chưa đầy 1.000km.
Dù có mức giá niêm yết lên tới 1,3 tỷ đồng, trang bị của Volkswagen T-Cross không thực sự vượt trội so với các đối thủ cùng phân khúc. Phiên bản Luxury chỉ sở hữu đèn LED, mâm hợp kim 17 inch, cụm đồng hồ kỹ thuật số 8 inch, màn hình giải trí 10,1 inch, điều hòa tự động 1 vùng, sạc không dây và ghế lái chỉnh điện. Đặc biệt, hệ thống phanh tay cơ truyền thống vẫn được sử dụng thay vì phanh điện tử hiện đại.
Trong bối cảnh cạnh tranh khốc liệt, Volkswagen T-Cross đang gặp khó khăn trong việc duy trì vị thế trên thị trường. Các mẫu SUV hạng B phổ thông khác như Mitsubishi Xforce, Toyota Yaris Cross hay Hyundai Creta đã tích hợp nhiều công nghệ an toàn tiên tiến mà T-Cross còn thiếu. Điều này làm giảm sức hút của mẫu xe Đức này.
Hiện nay, Volkswagen T-Cross tạm thời biến mất khỏi danh mục sản phẩm chính thức của hãng tại Việt Nam, gây ra nhiều đồn đoán về khả năng bị “khai tử”. Tuy nhiên, theo thông tin từ Volkswagen Việt Nam, mẫu xe này chỉ đang hết hàng và dự kiến sẽ trở lại thị trường trong thời gian tới. Việc này mở ra hy vọng về những cải tiến và đổi mới trong tương lai, giúp T-Cross cạnh tranh tốt hơn với các đối thủ.
Merek mobil Kijang telah menjadi ikon penting dalam sejarah industri otomotif Tanah Air. Banyak yang berpikir bahwa nama tersebut merujuk pada hewan, namun sebenarnya Kijang merupakan singkatan dari Kerjasama Indonesia dan Jepang. Dimulai pada era 1970-an, ketika pemerintah berusaha mengembangkan industri otomotif lokal yang pada masa itu didominasi oleh kendaraan Eropa. Meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan, termasuk keterbatasan sumber daya manusia, kerja sama dengan negara asing membuka jalan bagi realisasi impian ini. Langkah-langkah strategis seperti pembatasan impor kendaraan utuh dan pengizinan impor kendaraan rakitan turut membangkitkan industri otomotif domestik. Dalam konteks ini, Jepang berperan penting melalui kolaborasi dengan PT Astra International, yang kemudian melahirkan Toyota Kijang. Meski awalnya diterima dengan ragu-ragu oleh masyarakat, mobil ini akhirnya menjadi andalan dan terus berkembang hingga saat ini.
Pada tahun 1970-an, pemerintah Indonesia menetapkan tujuan ambisius untuk memajukan industri otomotif nasional. Saat itu, pasar masih didominasi oleh merek-merek Eropa, sehingga dibutuhkan pendekatan inovatif untuk mencapai tujuan ini. Salah satu tantangan utama adalah kesiapan sumber daya manusia lokal. Menghadapi keterbatasan ini, pemerintah memilih untuk menjalin kemitraan dengan negara-negara maju, salah satunya Jepang. Langkah ini diambil setelah kebijakan penutupan impor kendaraan utuh pada tahun 1974, yang bertujuan untuk mendukung pertumbuhan industri lokal. Dengan adanya peluang impor kendaraan dalam bentuk rakitan, kolaborasi antara Indonesia dan Jepang semakin erat, terutama melalui perusahaan seperti PT Astra International. Hasil dari kerja sama ini adalah kelahiran mobil Toyota Kijang, yang diluncurkan pada Pekan Raya Jakarta pada tanggal 9 Juni 1977.
Kehadiran Kijang di pasar otomotif Indonesia tidak langsung mendapat sambutan hangat. Sebagai produk asing yang belum familiar, mobil ini harus melewati tahap adaptasi. Namun, Kijang menawarkan alternatif baru bagi konsumen yang mencari kendaraan dengan kapasitas lebih dari empat orang. Ini menjadi nilai tambah yang signifikan, terutama bagi masyarakat yang membutuhkan mobil bukan hanya untuk keperluan pribadi tetapi juga untuk keluarga atau bisnis. Seiring waktu, Kijang mulai mendapatkan popularitas dan penjualannya meningkat pesat hingga mencapai angka seribu unit. Keberhasilan ini membuktikan bahwa kombinasi teknologi Jepang dan visi industri otomotif Indonesia dapat menghasilkan produk yang kompetitif di pasar lokal.
Kini, Toyota Kijang telah menjadi simbol penting dalam perkembangan industri otomotif Tanah Air. Meski desain dan fiturnya telah berubah secara signifikan sejak pertama kali diperkenalkan, esensi kolaborasi antara Indonesia dan Jepang tetap terjaga. Dari sebuah ide yang lahir di tengah tantangan, Kijang berhasil tumbuh menjadi salah satu merek paling dikenal di negeri ini. Perjalanan panjang ini menunjukkan bagaimana kerja sama internasional dapat membantu mewujudkan cita-cita industri nasional, sekaligus memberikan manfaat langsung bagi masyarakat luas.
Banyak lulusan perguruan tinggi di Indonesia dan seluruh dunia mengalami penyesalan terhadap pilihan jurusan mereka. Survei yang dilakukan oleh sebuah perusahaan rekrutmen menunjukkan bahwa realitas pasca-lulus sering kali berbeda dari ekspektasi semula. Dalam penelitian ini, para responden merasa kecewa dengan peluang karir dan penghasilan yang ditawarkan oleh bidang studi mereka. Hasil survei menyoroti beberapa jurusan yang paling sering disesali oleh para lulusannya.
Penelitian yang melibatkan 1.500 lulusan universitas menemukan bahwa sejumlah besar peserta didik memilih bidang studi berdasarkan minat awal mereka. Namun, setelah menghadapi dunia kerja, mereka menyadari bahwa gaji dan prospek karir tidak sesuai dengan harapan. Ekonom utama dari ZipRecruiter, Sinem Buber, menjelaskan bahwa mahasiswa sering kali tidak mempertimbangkan aspek finansial ketika memilih jurusan. Ketika harus menghadapi kenyataan ekonomi, pertimbangan gaji menjadi lebih penting.
Survei tersebut mengungkapkan bahwa tiga jurusan teratas yang paling banyak disesali adalah Jurnalisme, Sosiologi, dan Seni. Responden dari bidang-bidang ini merasa bahwa peluang pekerjaan dan penghasilan tidak mencerminkan ekspektasi awal mereka. Selain itu, beberapa jurusan lain juga mendapat persentase penyesalan yang signifikan, termasuk Komunikasi, Pendidikan, Manajemen Pemasaran, Pendamping Medis, Ilmu Politik, Biologi, dan Sastra Inggris.
Hasil survei ini menunjukkan pentingnya bagi calon mahasiswa untuk mempertimbangkan faktor-faktor praktis seperti prospek karir dan gaji ketika memilih jurusan. Memahami realitas pasar kerja dapat membantu dalam membuat keputusan yang lebih bijaksana tentang pendidikan dan karir masa depan. Ini juga menekankan perlunya informasi yang lebih baik dan bimbingan karir yang efektif bagi siswa sekolah menengah.