Gaya Hidup
Perubahan Preferensi Konsumen Rokok di Indonesia
2025-01-25

Minat konsumen rokok di Tanah Air mengalami pergeseran signifikan. Fenomena ini menunjukkan adanya peningkatan permintaan terhadap produk rokok dengan harga lebih terjangkau, yang dikenal sebagai downtrading. Kenaikan tarif cukai tembakau dari tahun ke tahun menjadi salah satu faktor utama yang mempengaruhi tren ini.

Pihak berwenang, termasuk Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, telah menyatakan bahwa fenomena tersebut memang dipengaruhi oleh kebijakan tarif cukai yang ada. Menurut Direktur Jenderal Bea Cukai, Askolani, pengawasan ketat akan dilakukan untuk memastikan bahwa perpindahan konsumen ini berlangsung secara organik dan tidak dimanipulasi oleh produsen untuk menghindari kewajiban pajak. "Kami akan memastikan bahwa setiap perubahan dalam konsumsi rokok berjalan sesuai aturan," ujar Askolani.

Berdasarkan situasi ini, pemerintah juga memutuskan untuk menunda penyesuaian tarif CHT pada 2025. Keputusan ini didasarkan pada evaluasi dampak ekonomi dan sosial dari fenomena downtrading. Pemerintah berencana untuk mempertimbangkan alternatif lain seperti penyesuaian harga jual di tingkat industri. Langkah ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan bisnis yang sehat dan mendukung stabilitas ekonomi nasional.

Fenomena downtrading di industri rokok mencerminkan respons masyarakat terhadap kebijakan pemerintah. Dengan pendekatan yang bijaksana, pemerintah dapat merumuskan regulasi yang efektif untuk mengatasi tantangan ini sambil tetap menjaga kesejahteraan masyarakat dan kestabilan ekonomi. Hal ini menunjukkan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan pelaku industri untuk mencapai solusi yang saling menguntungkan.

Pelatih Baru Timnas Indonesia U-23 Ditunjuk: Gerald Vanenburg Siap Membawa Perubahan
2025-01-24

Dalam upaya memperkuat tim nasional sepak bola Indonesia, Federasi Sepak Bola Indonesia (PSSI) telah menunjuk sosok baru untuk melatih tim usia 23 tahun. Pemilihan ini merupakan langkah strategis yang diharapkan dapat membawa perubahan positif bagi masa depan sepak bola Tanah Air. Mantan pemain berpengalaman dan pelatih profesional, Gerald Vanenburg, kini resmi menjabat sebagai pelatih kepala Timnas U-23. Pengumuman ini disampaikan melalui platform media sosial resmi PSSI dan Timnas Indonesia, serta oleh Ketua Umum PSSI, Erick Thohir.

Kolaborasi antara para pelatih senior dan junior menjadi fokus utama dalam rencana pengembangan sepak bola Indonesia. Dengan posisi ganda sebagai asisten pelatih Timnas Senior dan pelatih kepala Timnas U-23, Vanenburg akan bekerja sama dengan Patrick Kluivert dan staf lainnya. Tujuannya adalah untuk menciptakan sinergi yang kuat antara berbagai tingkatan tim nasional, mulai dari U-17 hingga tim senior. Ini bertujuan untuk memastikan bahwa talenta muda mendapatkan bimbingan yang tepat dan konsisten sejak awal karir mereka.

Berkat latar belakang yang kaya sebagai pemain dan pelatih, Vanenburg membawa pengalaman berharga ke tim. Sebagai mantan pesepak bola, ia pernah meraih prestasi gemilang di Liga Champions Eropa dan Piala Eropa bersama tim nasional Belanda. Setelah pensiun, Vanenburg melanjutkan karir sebagai pelatih, memimpin beberapa klub ternama di Eropa dan berkontribusi signifikan dalam pembinaan pemain muda di akademi Ajax Amsterdam. Keberadaan Vanenburg diharapkan tidak hanya meningkatkan performa tim saat ini, tetapi juga membangun fondasi yang kuat untuk generasi penerus.

Langkah ini menunjukkan komitmen PSSI untuk memajukan sepak bola Indonesia secara berkelanjutan. Dengan menggabungkan pengalaman internasional Vanenburg dengan semangat pemain lokal, diharapkan tim nasional dapat tampil lebih kompetitif di kancah regional dan internasional. Inisiatif ini bukan hanya tentang meraih kemenangan jangka pendek, tetapi juga tentang membangun ekosistem sepak bola yang sehat dan produktif untuk masa depan.

See More
Die Renaissance der Showa-Epoche: Retro-Cafés erobern das Herz Japans
2025-01-22

In Japan erleben Cafés im Stil der Showa-Zeit einen bemerkenswerten Aufschwung, insbesondere unter jungen Menschen. Diese modernen Oasen des Vergangenen bieten eine Atmosphäre, die von gedämpftem Licht und stilvollen Einrichtungsgegenständen geprägt ist. Sie wecken Sehnsucht nach einer Ära, die für viele nur durch Geschichten und Bilder existiert. Der Begriff "Anemoia" beschreibt diese sentimentale Faszination nach vergangenen Zeiten, die heute viele junge Menschen anzieht.

Viele dieser nostalgischen Treffpunkte sind zu beliebten Zielorten geworden, wobei sich am Wochenende oft lange Warteschlangen bilden. Social-Media-Plattformen wie Instagram tragen maßgeblich dazu bei, den Charme dieser Cafés in den Vordergrund zu rücken. Eine bedeutende Persönlichkeit in diesem Trend ist Rina Namba, deren Begeisterung für die Showa-Kultur sie zu einem viel beachteten Influencer gemacht hat. Sie hat zahlreiche Werke veröffentlicht und über 2.000 Cafés besucht, wobei sie besonders auf die einzigartige Ausstattung und Atmosphäre abzielt. In einem Interview betonte sie, dass die Besonderheit dieser Lokale in der Kombination aus authentischer Einrichtung und frischem Geist liegt, die vielen Kettencafés fehlt.

Der Erfolg dieser Retro-Cafés steht jedoch vor Herausforderungen, da viele etablierte Lokale aufgrund alternder Besitzer und mangelndem Nachwuchs schließen müssen. Trotzdem gibt es Hoffnung: Junge Unternehmer ohne familiäre Bindungen übernehmen einige der traditionellen Cafés und verleihen ihnen neues Leben. So gründete Miki Takenaka in Kyoto das Toto-to als Neuaufbau des legendären Café Suzuki, das seit mehr als fünf Jahrzehnten bestand. Sie behielt die klassische Ausstattung bei, fügte aber moderne Spezialitäten hinzu, um neue Kunden anzulocken und gleichzeitig die treue Stammkundschaft zu bewahren. Dieser Ansatz zeigt, dass Tradition und Innovation Hand in Hand gehen können, um die Schönheit der Vergangenheit in die Zukunft zu tragen.

Die Revitalisierung dieser Retro-Cafés spiegelt die Sehnsucht nach Authentizität und Individualität wider. In einer Welt voller Standardisierung finden Menschen Trost und Inspiration in Orten, die Geschichte erzählen und Emotionen wecken. Diese Cafés bieten nicht nur einen Ort zum Verweilen, sondern auch eine Brücke zwischen Vergangenheit und Gegenwart, die uns daran erinnert, dass jede Zeit ihre eigene Schönheit hat. Durch die Bewahrung und Weitergabe dieses Erbes schaffen wir eine Zukunft, die respektvoll mit der Vergangenheit umgeht und gleichzeitig Raum für Innovation lässt.

See More