Pergerakan rupiah pada akhir tahun 2024 menunjukkan tren positif, meski tetap berada dalam situasi yang cukup menantang. Dengan penurunan suku bunga oleh The Fed, peluang bagi rupiah untuk lebih stabil tampak semakin terbuka. Namun, faktor-faktor lain seperti kenaikan DXY dan imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun tetap menjadi perhatian utama.
Situasi global mempengaruhi pergerakan rupiah secara signifikan. Hasil pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) minggu lalu menjadi salah satu faktor utama. Meskipun The Fed telah memotong suku bunga sebesar 25 basis poin, sinyal yang diberikan bahwa pemangkasan di tahun 2025 akan lebih sedikit, mengirimkan pesan kuat tentang arah kebijakan moneter mendatang. Hal ini menciptakan ketidakpastian di pasar, namun juga membuka peluang bagi rupiah untuk menyesuaikan diri.
Para analis, seperti Peter Grant dari Zaner Metals, melihat potensi jeda pada Januari atau Maret 2025 sebagai momen penting. Meskipun DXY masih berada di level tinggi, pergerakan ini memberikan ruang bagi mata uang lain, termasuk rupiah, untuk menunjukkan stabilitas. Respons pasar terhadap informasi ini menunjukkan adanya optimisme dan kehati-hatian sekaligus.
Berbagai faktor mendukung penguatan rupiah. Salah satunya adalah kebijakan moneter domestik yang solid. Bank Indonesia (BI) berperan penting dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Langkah-langkah yang diambil BI, seperti intervensi pasar valuta asing, membantu meredam fluktuasi yang berlebihan. Selain itu, investasi asing yang masuk juga memberikan dorongan positif bagi rupiah.
Di sisi lain, kondisi ekonomi domestik yang kuat juga menjadi penopang utama. Pertumbuhan ekonomi yang stabil, inflasi terkendali, dan kebijakan fiskal yang bijaksana semuanya berkontribusi pada penguatan rupiah. Faktor-faktor ini tidak hanya mempengaruhi investor lokal, tetapi juga menarik minat investor internasional, sehingga meningkatkan permintaan terhadap rupiah.
Meskipun ada penguatan, tantangan tetap ada. Fluktuasi pasar global, khususnya kenaikan DXY dan imbal hasil obligasi AS, dapat mempengaruhi pergerakan rupiah. Namun, prospek jangka panjang tetap menjanjikan. Dengan kebijakan yang tepat dan responsif terhadap perubahan global, rupiah memiliki potensi untuk terus menguat.
Analisis lanjutan menunjukkan bahwa stabilitas ekonomi domestik dan kebijakan moneter yang adaptif akan menjadi kunci utama. Mengingat dinamika global yang cepat berubah, kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan cepat akan sangat penting. Dalam konteks ini, kolaborasi antara pemerintah, bank sentral, dan sektor swasta akan memainkan peran vital dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan penguatan rupiah.
Penguatan rupiah memiliki implikasi luas bagi ekonomi dan keuangan nasional. Untuk sektor ekspor, penguatan ini dapat meningkatkan daya saing produk-produk Indonesia di pasar global. Sementara itu, impor menjadi lebih murah, yang dapat menguntungkan konsumen dan industri yang bergantung pada barang-barang impor. Selain itu, penguatan rupiah juga berdampak positif pada pasar modal, dengan meningkatnya minat investor asing.
Dari perspektif keuangan, penguatan rupiah dapat mengurangi risiko hutang luar negeri. Dengan nilai tukar yang lebih stabil, biaya pinjaman dalam mata uang asing menjadi lebih terjangkau. Ini juga berarti bahwa utang-utang yang dinyatakan dalam dolar AS akan lebih mudah dilunasi. Secara keseluruhan, penguatan rupiah berpotensi membawa manfaat signifikan bagi stabilitas keuangan dan pertumbuhan ekonomi.
Saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) mengalami penguatan signifikan pada perdagangan Senin, 23 Desember. Peningkatan ini terjadi seiring dengan kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Dalam periode enam bulan terakhir, saham GOTO telah naik hampir 40%, sementara IHSG hanya naik 3,15%. Analisis menunjukkan bahwa perbaikan profitabilitas dan kebijakan moneter yang lebih akomodatif menjadi faktor utama pendorong kenaikan ini. Meski demikian, valuasi saham GOTO masih relatif rendah dibandingkan dengan pesaingnya, memberikan potensi imbal hasil yang menarik bagi investor.
Pada hari Senin, 23 Desember, di tengah musim penghujang yang mendominasi Jakarta, saham GoTo mencatat peningkatan harga hingga Rp71 per saham, atau naik 2,90%. Ini berlangsung bersamaan dengan kenaikan IHSG sebesar 1,61% ke posisi 7.096. Data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan bahwa dalam enam bulan terakhir, saham GOTO telah menguat 39,22%, jauh melampaui kenaikan IHSG yang hanya 3,15%. Secara bulanan, saham ini pernah mencapai puncaknya di Rp81 per saham pada 9 Desember, meskipun kemudian ditutup di Rp76 per saham.
Dari 3 Juni hingga 20 Desember 2024, BEI mencatat bahwa harga saham GOTO naik 7,8% dari Rp64 per saham menjadi Rp69 per saham. Para analis, seperti Gani dari Ciptadana Sekuritas, menyoroti tren penguatan saham-saham teknologi, termasuk GoTo, yang dipengaruhi oleh kebijakan moneter yang lebih akomodatif dan perbaikan profitabilitas. Menurut Gani, meskipun saham GoTo mengalami koreksi, fundamental dan prospeknya tetap kuat, menjadikannya investasi yang atraktif.
Analisis lanjutan oleh Abdul Azis dari Kiwoom Sekuritas menunjukkan bahwa valuasi saham GOTO masih sangat murah dibandingkan dengan pesaingnya. Rasio Price to Book Value (PBV) GOTO adalah 2,6 kali, sementara rata-rata PBV perusahaan teknologi lainnya mencapai 5,4 kali. Jika GOTO mencapai PBV 4 kali, harga sahamnya berpotensi mencapai Rp106 per saham, memberikan return lebih dari 50%. Selain itu, perseroan juga sedang menuju pencapaian EBITDA positif di kuartal IV-2024, yang semakin mendekati titik impas untuk tahun buku 2024.
GOTO juga telah melakukan aksi korporasi pembelian kembali saham alias share buyback senilai US$200 juta atau setara dengan Rp3,2 triliun. Per November, perseroan telah membeli kembali 2,6 miliar saham, yang diperkirakan akan meningkatkan nilai pemegang saham.
Berdasarkan analisis ini, para ahli menilai bahwa saham GOTO masih memiliki ruang pertumbuhan yang besar. Target harga saham GOTO oleh beberapa analis bahkan mencapai Rp100 per saham, memberikan potensi upside hingga 45% dari harga penutupan terakhir. Hal ini menjadikan saham GOTO sebagai pilihan investasi yang menjanjikan di tengah dinamika pasar saham Indonesia.
Dari sudut pandang seorang investor, penguatan saham GoTo menawarkan peluang investasi yang menarik. Meskipun ada risiko fluktuasi pasar, fundamental yang kuat dan potensi pertumbuhan yang besar membuat saham ini menjadi pilihan yang layak untuk portofolio jangka panjang. Bagi para analis, ini menunjukkan bahwa meskipun ada tantangan, perusahaan teknologi seperti GoTo masih memiliki prospek cerah di masa depan.
Pada awal perdagangan sesi pertama Selasa, 24 Agustus 2024, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami fluktuasi yang signifikan menjelang libur Natal. Meskipun IHSG dibuka dengan kenaikan tipis, indeks ini kemudian berbalik turun dalam beberapa menit. Transaksi pada sesi tersebut mencapai Rp 670 miliar dengan volume transaksi sebesar 842 juta lembar saham. Sentimen pasar keuangan Indonesia dipengaruhi oleh data ekonomi dari Amerika Serikat, terutama penurunan kepercayaan konsumen AS yang mencerminkan ketidakpastian ekonomi global. Namun, optimisme terhadap pasar tenaga kerja AS tetap kuat, memberikan dukungan bagi ekonomi.
Sesi perdagangan hari ini dimulai dengan volatilitas IHSG yang cenderung naik dan turun. Pada awalnya, indeks ini membukukan kenaikan 0,17% hingga mencapai 7.108,22. Namun, tujuh menit setelah pembukaan, IHSG bergerak turun menjadi 7.091,06 atau 0,08%. Aktivitas perdagangan cukup aktif dengan nilai transaksi mencapai Rp 670 miliar dan volume transaksi sebanyak 842 juta lembar saham. Jumlah transaksi mencapai 78.604 kali, menunjukkan minat investor yang tinggi meski perdagangan pekan ini minim sentimen domestik.
Pergerakan IHSG yang tidak menentu ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk ekspektasi window dressing di akhir tahun dan antisipasi tren bullish. Investor menantikan peluang untuk memaksimalkan keuntungan sebelum libur Natal. Dengan sentimen pasar yang bervariasi, para pemain pasar harus tetap waspada terhadap perubahan kondisi ekonomi global yang dapat mempengaruhi performa IHSG. Penyesuaian strategi investasi diperlukan untuk menghadapi volatilitas pasar yang meningkat.
Data ekonomi dari Amerika Serikat memiliki pengaruh besar terhadap pasar keuangan Indonesia. Terlebih lagi, rilis data kepercayaan konsumen AS yang melemah secara tak terduga menjadi sorotan utama. The Conference Board melaporkan penurunan indeks kepercayaan konsumen dari 112,8 pada November menjadi 104,7 di Desember. Hal ini disebabkan oleh meredanya euforia pasca-pemilu dan munculnya kekhawatiran tentang kondisi bisnis masa depan. Para ekonom memperkirakan indeks akan naik menjadi 113,3, namun realitas berbeda dengan harapan tersebut.
Penurunan kepercayaan konsumen ini mencerminkan dampak negatif potensial dari tarif terhadap ekonomi. Survei The Conference Board menunjukkan bahwa 46% konsumen memperkirakan tarif akan meningkatkan biaya hidup. Meski demikian, konsumen masih optimis terhadap pasar tenaga kerja AS, yang merupakan penggerak utama ekonomi melalui belanja konsumen. Indikator pasar tenaga kerja meningkat ke level tertinggi tujuh bulan, mencapai 22,2 dari 18,4 di bulan November. Tingkat pengangguran saat ini berada di angka 4,2%, yang menunjukkan stabilitas relatif di sektor ketenagakerjaan. Situasi ini berkontribusi pada harapan pasar Indonesia untuk terus membentuk tren bullish di sisa perdagangan 2024.