Pada hari Minggu, kapal induk bertenaga nuklir USS Carl Vinson dari Amerika Serikat (AS) telah tiba di Korea Selatan. Kehadiran kapal perang ini adalah respons terhadap serangkaian uji coba rudal jelajah strategis yang dilakukan oleh Korea Utara. Angkatan Laut Korea Selatan menyatakan bahwa kedatangan USS Carl Vinson menandai komitmen AS dan Korea Selatan dalam menghadapi ancaman berulang dari Korea Utara. Hubungan antara AS dan Korea Utara telah memburuk meskipun Presiden Donald Trump kembali menjabat sejak Januari lalu. Pyongyang sering kali melakukan uji coba rudal dan mengancam dengan kemampuan serangan nuklirnya.
Kedatangan USS Carl Vinson ke Busan menunjukkan langkah penting dalam memperkuat aliansi militer antara Amerika Serikat dan Korea Selatan. Kapal induk ini ditemani oleh kapal penjelajah rudal berpemandu USS Princeton dan kapal perusak USS Sterett. Ini merupakan pertama kalinya kapal induk AS hadir di wilayah tersebut sejak Juni 2024, menegaskan kembali komitmen AS terhadap keamanan regional. Kehadiran kapal-kapal perang ini bertujuan untuk menunjukkan solidaritas dan siap menghadapi ancaman yang mungkin datang dari Korea Utara.
Serangkaian latihan militer bersama ini juga menjadi bentuk dukungan langsung kepada Korea Selatan. Langkah ini diambil sebagai respons atas aktivitas militer agresif yang dilakukan oleh Korea Utara, termasuk peluncuran rudal jelajah strategis di Laut Kuning. Dengan demikian, AS berusaha menunjukkan bahwa mereka akan terus mendukung sekutunya di wilayah tersebut melalui kehadiran militer yang kuat. Namun, kehadiran kapal-kapal ini juga diperkirakan akan memicu reaksi negatif dari Korea Utara, yang mungkin menganggapnya sebagai ancaman langsung terhadap keamanannya.
Korea Utara telah merespons aksi militer AS dengan melakukan serangkaian uji coba rudal sendiri. Latihan peluncuran rudal jelajah strategis di Laut Kuning menunjukkan bahwa Pyongyang tidak gentar menghadapi tekanan dari luar. Menurut pemerintah Korea Utara, uji coba ini dimaksudkan untuk memberikan peringatan kepada musuh tentang kemampuan serangan balik militer mereka. Aktivitas ini mencerminkan ketegangan yang semakin meningkat antara kedua negara.
Pada pekan lalu, Korea Utara melaksanakan latihan peluncuran rudal jelajah strategis sebagai respons atas uji coba rudal balistik antarbenua Minuteman III oleh AS. Uji coba rudal AS ini dianggap oleh Korea Utara sebagai ancaman serius terhadap lingkungan keamanan mereka. Dalam konteks ini, Korea Utara berusaha untuk menunjukkan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk merespons dengan cepat dan efektif terhadap setiap ancaman. Meski begitu, situasi ini tetap memerlukan diplomasi yang hati-hati agar tidak memicu eskalasi konflik lebih lanjut.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky melakukan kunjungan ke Sandringham House di Inggris untuk bertemu dengan Raja Charles III. Pertemuan ini berlangsung hanya dua hari setelah insiden pertengkaran verbal antara Zelensky dan pemimpin Amerika Serikat, yang berakhir dengan pengusiran Zelensky dari Gedung Putih. Kunjungan tersebut juga menjadi bagian dari upaya Eropa untuk meningkatkan dukungan terhadap Ukraina dalam situasi geopolitik yang semakin rumit. Akun resmi Kerajaan Inggris membagikan foto pertemuan tersebut, menunjukkan kedua pemimpin berjabat tangan.
Kunjungan Presiden Ukraina ke Inggris memiliki latar belakang yang penting. Dua hari sebelumnya, Zelensky mengalami konflik serius dengan Presiden AS Donald Trump dan Wakil Presiden JD Vance di Oval Office. Insiden ini berakhir dengan Zelensky dan delegasinya dikeluarkan dari Gedung Putih. Meski demikian, Zelensky tetap fokus pada misi diplomatiknya. Dia bertemu dengan Raja Charles III di Sandringham House, sebuah pertemuan yang disambut hangat oleh pihak kerajaan Inggris. Media sosial resmi Kerajaan Inggris mendokumentasikan momen tersebut dengan foto yang menunjukkan kedua pemimpin berinteraksi secara langsung.
Pertemuan ini dilakukan menjelang puncak darurat Eropa yang diselenggarakan Inggris, bertujuan untuk menggalang dukungan lebih lanjut bagi Ukraina. Perdana Menteri Inggris Keir Starmer telah menyatakan komitmennya yang kuat terhadap Ukraina, berjanji akan memberikan dukungan tanpa henti. Pernyataan ini sangat penting, mengingat adanya ketidakpastian tentang hubungan masa depan antara Amerika Serikat dan Ukraina pasca-insiden di Gedung Putih. Para pemimpin AS menuduh Zelensky kurang berterima kasih, namun Zelensky tetap berkomitmen untuk mencari dukungan internasional bagi negaranya.
Bertemu dengan Raja Charles III menjadi langkah penting bagi Zelensky dalam mengamankan posisi Ukraina di panggung internasional. Pertemuan ini menunjukkan bahwa meskipun ada tantangan diplomatis, Zelensky tetap mampu meraih dukungan dari negara-negara lain. Hal ini juga menegaskan kembali komitmen Inggris terhadap Ukraina, yang ditandai dengan janji Perdana Menteri Keir Starmer untuk mendukung Ukraina selama diperlukan. Dengan demikian, pertemuan ini bukan hanya simbolik, tetapi juga membuka peluang baru bagi Ukraina dalam mencari solusi atas tantangan yang dihadapinya.