Namun, ruang pemangkasan suku bunga The Fed masih terbuka seiring dengan tugas The Fed menjaga inflasi. Hal ini diharapkan akan diikuti oleh BI untuk kembali menurunkan suku bunga. Dampak dari sentimen suku bunga ini juga berdampak pada arah investasi nasabah perbankan.
Bagi nasabah kelas menengah atas atau nasabah privilege, cenderung memindahkan investasi dari fixed income ke instrumen agresif seperti saham meski masih berhati-hati. Sedangkan bagi nasabah baru, cenderung memilih instrumen dengan volatilitas rendah seperti obligasi jangka pendek dana RDPT.
Pergerakan pasar keuangan di Indonesia tidaklah mudah dipertahankan. Inflasi yang tinggi dan kemungkinan perubahan suku bunga membuat investor harus lebih cermat dalam membuat keputusan investasi. Namun, dengan perhatian dan analisis yang baik, investor masih dapat mencari kesempatan dalam pasar.
Investasi nasabah perbankan juga harus dipertimbangkan secara cermat. Nasabah harus mempertimbangkan risiko dan keuntungan dari setiap instrumen yang dipilih. Fixed income tetap menjadi pilihan yang aman, tetapi instrumen agresif seperti saham juga memiliki potensi keuntungan yang tinggi jika digunakan dengan bijak.
Namun, bagi nasabah baru, pilihan instrumen dengan volatilitas rendah seperti obligasi jangka pendek dana RDPT menjadi pilihan yang lebih aman. Mereka dapat memulai investasi dengan risiko yang lebih rendah dan kemudian beralih ke instrumen yang lebih agresif jika mereka merasa sudah siap.
Investasi nasabah juga harus dihubungkan dengan tujuan investasi mereka. Apakah mereka ingin investasi untuk masa depan atau untuk kebutuhan segera? Setiap tujuan memerlukan strategi investasi yang berbeda.